Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat (11/3/2016) sore, menguat sebesar 72 poin menjadi Rp12.980. Sementara, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.087 atau menguat 68 poin dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp13.149.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan, kebijakan negara-negara maju yang menerapkan suku bunga nol persen bahkan minus membuat imbal hasil menjadi kurang menarik sehingga investor pasar uang cenderung mengalihkan dananya ke negara-negara berkembang.
"Imbal hasil di Indonesia yang masih menerapkan suku bunga positif membuat aset-aset dalam bentuk rupiah diminati investor," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) yang meredup akibat beberapa data ekonominya yang belum sepenuhnya pulih membuat aset dalam bentuk dolar AS menjadi kurang menarik.
Kendati demikian, menurut Rully Nova, penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS yang cukup signifikan dapat berdampak negatif terhadap kinerja ekspor Indonesia.
"Diharapkan, penguatan rupiah fluktuasinya tidak terlalu lebar agar mudah diprediksi pelaku pasar dan pelaku usaha di dalam negeri," katanya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa tren inflasi Indonesia yang rendah pada tahun 2016 ini masih menjadi salah satu yang menopang mat uang rupiah.
"Inflasi yang rendah akan memicu suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) berpotensi kembali dipangkas yang akhirnya dapat menekan suku bunga kredit perbankan sehingga konsumsi domestik dapat meningkat yang akhirnya menopang ekonomi," katanya.
Sementara, Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup naik sebesar 20,57 poin atau 0,43 persen ke posisi 4.813,77. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak menguat 4,30 poin (0,51 persen) menjadi 838,61.
"Harga minyak mentah dunia yang bertahan di level 38,5 dolar AS per barel menjadi salah satu penopang bursa saham di kawasan Asia, termasuk indeks BEI," kata Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa kondisi eksternal yang cukup positif itu menjadi salah satu yang mendorong pelaku pasar saham lokal untuk melakukan aksi beli sehingga menopang indeks BEI berada di area positif setelah mengalami koreksi pada sesi pagi tadi.
Ia menambahkan bahwa adanya potensi Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate) menambah sentimen positif di dalam negeri. Sedianya, Bank Indonesia akan menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pada 16-17 Maret mendatang.
Tercatat frekuensi saham di BEI mencapai 271.303 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 3,79 miliar lembar saham senilai Rp5,16 triliun. Efek yang bergerak naik sebanyak 153 saham, turun 150 saham, dan yang bergerak stagnan atau tidak bergerak nilainya sebanyak 95 saham. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok