Suara.com - Bank Dunia pada Selasa menaikkan perkiraan untuk harga minyak mentah pada 2016 menjadi 41 dolar AS per barel, mengatakan bahwa kelebihan pasokan di pasar diperkirakan akan surut.
Dalam laporan terbaru "Commodity Markets Outlook", pemberi pinjaman global yang berbasis Washington itu menaikkan perkiraan harga minyak mentah tahun ini menjadi 41 dolar AS per barel dari proyeksi Januari di 37 dolar AS per barel.
Peningkatan proyeksi harga minyak tersebut mencerminkan perbaikan sentimen pasar dan melemahnya dolar, serta Bank Dunia juga memperkirakan kelebihan pasokan akan menjadi berkurang.
"Kami perkirakan harga sedikit lebih tinggi untuk komoditas energi selama tahun ini karena penyeimbangan kembali pasar setelah periode kelebihan pasokan," kata John Baffes, penulis utama laporan tersebut.
"Namun, harga energi bisa jatuh lebih jauh jika OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) meningkatkan produksi secara signifikan dan produksi non-OPEC tidak jatuh secepat yang diperkirakan."
Harga minyak pulih dari serendah 25 dolar AS per barel pada pertengahan Januari menjadi 40 dolar AS per barel pada April, menyusul gangguan produksi di Irak dan Nigeria serta penurunan produksi non-OPEC, terutama produksi minyak serpih di Amerika Serikat.
Meskipun harga dinaikkan, Bank Dunia memperkirakan harga minyak akan tetap lebih rendah dari tahun lalu. Harga energi, termasuk minyak, gas alam dan batu bara, diperkirakan turun 19,3 persen tahun ini dari tahun sebelumnya, kata Bank Dunia. Penurunan diperkirakan jauh lebih kecil dari perkiraannya pada Januari jatuh 24,7 persen.
Persediaan yang terus-menerus meningkat dan prospek pertumbuhan yang lemah di negara-negara emerging market dan berkembang adalah alasan utama yang mempertahankan harga energi lebih rendah dari tahun lalu, kata Bank Dunia.
Bank Dunia merevisi turun perkiraan untuk harga-harga pertanian, karena memproyeksikan 2016 akan menjadi tahun panen menguntungkan lagi bagi sebagian besar komoditas biji-bijian dan minyak biji-bijian. Bank memperkirakan harga-harga pertanian turun 4,0 persen tahun ini.
Harga-harga logam diproyeksikan menurun 8,2 persen tahun ini, lebih rendah dari proyeksi Januari untuk penurunan 10,2 persen. Peningkatan ini mencerminkan ekspektasi pertumbuhan permintaan kuat dari Cina, kata Bank Dunia.(Antara/Xinhua)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
Terkini
-
Melambung Tinggi, Harga Emas Dunia Bakal Dijual Rp2,18 Juta per Gram
-
Dari Sampah ke Berkah: BRI Peduli Sulap TPS3R Jadi Sumber Inovasi dan Ekonomi Sirkular
-
Tren Belanja Gen Z Lebih Doyan Beli Produk Kecantikan, Milenial Lebih Pilih Bayar Tagihan
-
Pentingnya Surat Keterangan Kerja Agar Pengajuan KPR Disetujui
-
Kurangi Hambatan Non Tarif, Bank Sentral di ASEAN Sepakat Terus Gunakan Mata Uang Lokal
-
Produksi Padi Indonesia Kalah dari Vietnam, Imbas Ketergantungan Pupuk Kimia?
-
Coca Cola PHK 600 Karyawan, Ini Alasannya yang Mengejutkan
-
Jadwal Lanjutan Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Rilis, Usai Drama Ini Tahap Berikutnya
-
Harga Emas Antam Hari Ini Belum Berubah, Masih Dijual Segini Per Gramnya
-
Pecahkan Rekor Dunia, Rumah Miliader Ini Punya Ruangan Salju Dibangun Rp33 Triliun