Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kamis (20/10/2016) ditutup turun sebesar 5 poin atau 0,10 persen ke level 5.403 setelah bergerak di antara 5.395-5.423. Sebanyak 126 saham naik, 143 saham turun, 103 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 5.954 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) Rp181 miliar.
Pasar Amerika ditutup lebih rendah, setelah penurunan tajam di harga minyak. Dalam menghadapi tingginya pengangguran, pertumbuhan yang lemah dan inflasi yang sangat rendah, ECB memperkenalkan stimulus yang sangat besar dalam beberapa tahun terakhir.
"Dow Jones melemah 0.22 persen ke level 18,162. S&P melemah 0.14 persen, untuk berakhir di 2,141. Dan Nasdaq turun 0.09 persen, untuk ditutup di 5,241," kata Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, dalam keterangan resmi, Jumat (21/10/2016).
Pasar Eropa ditutup positif pada akhir perdagangan, dipicu oleh pelemahan Euro pasca European Central Bank meredam setiap kemungkinan untuk men-gurangi stimulus moneter danrally di sektor perbankan.Penguatan saham per-bankan mendominasi indeks blue chip Inggris seiring sentimen terdorong oleh laporan kuartalan bank-bank AS yang lebih baik dari ekspektasi.
"Indeks FTSE be-rakhir 0,07 persen lebih tinggi di 7, DAX naik 0,52 persen di level 10,701. CAC menguat 0,44 persen ke level 4,540," ujar Hans.
Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dilakukan kemarin memutuskan memangkas suku bunga acuan (BI seven day reverse repo rate) 25 basis points (bps) ke level 4,75 persen. Dengan pemangkasan tersebut, deposit facility dan lending facility turun 25 bps masing-masing menjadi 4 persen dan 5,5 persen.
Pihak BI mengatakan pelonggaran kebijakan tersebut sejalan dengan tetap terjaganya stabilitas ekonomi makro, khususnya inflasi 2016 yang diperkirakan mendekati batas bawah, defisit transaksi berjalan yang lebih baik, neraca pembayaran yang lebih besar, dan nilai tukar rupiah yang lebih stabil. Pelonggaran tersebut diyakini makin memperkuat dan mendorong permintaan do-mestik termasuk kredit sehingga mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Sementara dari sisi global, BI melihat ekonomi AS tahun ini lebih lambat yang tercermin dari konsumsi yang belum solid dan investasi yang masih terkontraksi. Sehingga suku bunga The Fed hanya mengalami kenaikan satu kali di 2016. BI juga pertumbuhan ekonomi Eropa dan India lebih tinggi dari yang diperirakan lantaran peningkatan konsumsi karena kenaikan pendapatan tenaga kerja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar