Ekonom Konstitusi, Defiyan Cori, mengkritik buruknya sebagian kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kerugian ini banyak diderita BUMN yang berkiprah di sektor perkebunan.
"Tidak kurang 8 BUMN berdasarkan sumber di Kementerian BUMN mengalami kerugian yang sangat besar," kata Defiyan, saat dihubungi Suara.com, Rabu (1/3/2017).
Delapan BUMN tersebut antara lain PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I sebesar Rp109 miliar, PTPN II merugi Rp207 miliar, PTPN VII merugi Rp527 miliar, PTPN VIII mengalami rugi Rp544 miliar, PTPN IX mengalami rugi Rp320 miliar, PTPN X mengalami rugi Rp150 miliar, PTPN XIII merugi Rp243 miliar, PTPN XIV merugi Rp127 miliar. Terakhir, PT Riset Perkebunan Nusantara juga mengalami kerugian Rp47 miliar.
Melihat kondisi ini, Defiyan menegaskan bahwa menyelesaikan permasalahan inefisiensi dan inefektifitas manajemen dalam tubuh BUMN harus menjadi prioritas utama. Terlebih para Dewan Manajemen yang tidak berparadigma Kapitalisme saja, sebab BUMN modal awalnya adalah dari negara. "Menempatkan profesional di bidang manajemen memang penting bagi penyehatan pengelolaan BUMN dan juga Koperasi untuk tujuan kesejahteraan semua orang," ujar Defiyan.
Maka itu, fokus dan perhatian utama BUMN dalam bersaing harus ditujukan pada pengembangan usaha bisnis intinya (core business) dan anak-anak usaha yang selama ini justru menjadi beban manajemen dan negara harus dilepaskan.
Dengan mencermati permasalahan yang terdapat pada BUMN dan juga pada Koperasi (baru2 ini kasus Investasi Pandawa Group), maka inilah momentum pemerintah dalam menegakkan amanat konstitusi, yaitu pasal 33 dalam menyusun Sistem Ekonomi bangsa dengan memperkuat BUMN dan Koperasi sebagai sokoguru perekonomian bangsa yang lebih berkeadilan dan memberikan peluang terciptanya kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Tentu saja kerjasama dengan swasta juga diperlukan sejauh tidak mendominasi sektor-sektor kebutuhan dasar dan strategis menguasai hajat hidup orang banyak.
Oleh karena itu pembenahan manajemen di beberapa BUMN harus segera diselesaikan dengan melakukan rasionalisasi pada usaha inti BUMN dimaksud supaya dapat mencapai kinerja terbaik. Terutama dalam menarik Investasi yang akan ditawarkan kepada para investor dari negara lain. Sebab, tidak mungkin rasanya para investor menanamkan investasinya di Indonesia tanpa motif ekonomi, khususnya Arab Saudi yang selama ini keuangan negaranya bergantung dari penerimaan sektor minyak bumi.
"Jadi, kunjungan Raja Salman ini harus dipandang juga sebagai adanya kepentingan ekonomi dan bisnis negara tersebut atas Negara Indonesia dan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam menata BUMN dan Koperasi secara saling menguntungkan untuk kemajuan perekonomian bangsa dan negara, tidak hanya sekedar ajang silaturrahim kekeluargaan saja," tutup Defiyan.
Baca Juga: Arab Saudi Mulai Lirik Investasi di Indonesia, Ini Sebabnya
Berita Terkait
-
Inilah Perubahan Komposisi Direksi Holding BUMN Perkebunan PTPN
-
Holding PTPN Targetkan Laba Konsolidasi 2017 Capai Rp700 Miliar
-
Rini Dikritik Sebabkan Kinerja Holding BUMN Perkebunan Merosot
-
Selama 12 Tahun, PT PG Candi Baru Klaim Tak Pernah Rugi
-
Wow, Total Aset BRI Tahun 2016 Tembus Rp1.003,6 Triliun
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
Terkini
-
Ramalan Menkeu Purbaya Jitu, Ekonomi Kuartal III 2025 Melambat Hanya 5,04 Persen
-
OJK: Generasi Muda Bisa Bantu Tingkatkan Literasi Keuangan
-
Rupiah Terus Amblas Lawan Dolar Amerika
-
IHSG Masih Anjlok di Awal Sesi Rabu, Diproyeksi Bergerak Turun
-
Sowan ke Menkeu Purbaya, Asosiasi Garmen dan Tekstil Curhat Importir Ilegal hingga Thrifting
-
Emas Antam Merosot Tajam Rp 26.000, Harganya Jadi Rp 2.260.000 per Gram
-
BI Pastikan Harga Bahan Pokok Tetap Terjaga di Akhir Tahun
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026
-
Trend Asia Kritisi Proyek Waste to Energy: Ingatkan Potensi Dampak Lingkungan!
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?