Pengamat ekonomi dari Institute For Development of Economics and Finance Aviliani kurang sependapat adanya rencana pemisahan Direktorat Jenderal Pajak dari Kementerian Keuangan. Menurutnya, pemisahan tersebut hanya akan memperpanjang birokrasi saja dan tidak menyelesaikan masalah perpajakan yang ada.
"Menurut saya ini akan memperpanjang birokrasi. Jadi lebih baik, tetap di bawah Kemenkeu. Masalahnya bukan pemisahan, tapi jumlah orang yang perlu diperbanyak," kata Aviliani saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa (4/4/2017).
Selain itu, lanjut Avi, jika Ditjen Pajak dipisahkan dari Kemenkeu, nantinya otoritas ini memiliki kebijakan masing-masing. Hal ini nantinya akan mempersulit pemerintah untuk meningkatkan pemasukan pajak dan ditakutkan banyak kebijakan yang tak sejalan.
"Memang dibanyak negara ada yang dipisahkan tapi ada juga yang nggak. Kalau pisah, juga cuma yang mencari sumber pendapatannya. Kalau sudah lembaga sendiri, masing-masing akan punya (kebijakan sendiri)," ujarnya.
Lebih lanjut, Avi menjelaskan, pemisahan Ditjen pajak jika tidak diiukuti dengan pemberlakuan single identity tidak akan mampu meningkatkan rasio pajak nasional.
"Jadi harus diperhatikan, agar nanti tidak memperumit ke depannya," katanya.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo di awal pemerintahannya mewacanakan untuk melepas Direktorat Jenderal Pajak dari struktur internal Kementerian Keuangan.
Status otoritas pajak, akan berganti nama menjadi Badan Penerimaan Negara, yang berada langsung di bawah Presiden.
Rencana pemisahan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dari Kementerian Keuangan (Kemkeu) untuk menjadi lembaga independen pajak sangat bergantung dari revisi Undang-Undang (UU) Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang telah masuk dalam program legislasi nasional (prolegnas) 2017.
Baca Juga: Wamenkeu Heran Rakyat Belum Sejahtera Meski APBN Selalu Naik
Berita Terkait
-
Target Pajak Tercapai Dirasa Percuma Jika Masyarakat Tetap Miskin
-
Pengampunan Pajak Lebih Realistis Dibanding Ekstensifikasi Pajak
-
Jumlah Orang Kaya yang Bayar Pajak di Indonesia Cuma Separuh
-
Aviliani: Pemerintah Harusnya Fokus Bangun Infrastruktur di Jawa
-
Hadapi MEA, Indonesia Harus Pilah Jenis Industri yang Disiapkan
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Menkeu Purbaya Yakin Rupiah Menguat Selasa Depan
-
Pertamina Luruskan 3 Kabar Bohong Viral Akhir Pekan Ini
-
Lakukan Restrukturisasi, Kimia Farma (KAEF) Mau Jual 38 Aset Senilai Rp 2,15 Triliun
-
Bank Tanah Serap Lahan Eks-HGU di Sulteng untuk Reforma Agraria
-
Pindah Lokasi, Kemenhub Minta Pemprov Pastikan Lahan Pembangunan Bandara Bali Utara Bebas Sengketa
-
PLTP Ulubelu Jadi Studi Kasus Organisasi Internasional Sebagai Energi Listrik Ramah Lingkungan
-
Tinjau Tol PalembangBetung, Wapres Gibran Targetkan Fungsional Lebaran 2026
-
Harga Emas Antam Naik Lagi Didorong Geopolitik: Waktunya Akumulasi?
-
Menkeu Purbaya: Bos Bank Himbara Terlalu Bersemangat Jalankan Ide Presiden
-
BPJS Ketenagakerjaan-Perbarindo Tandatangani MoU, Berikan Perlindungan Jaminan Sosial Pegawai