Suara.com - Pengamat ekonomi Aviliani menyatakan Indonesia haruslah memiliki peta yang jelas dalam menghadapi era persaingan bebas pasca Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berlaku.
"Mungkin di awal-awal belum terasa karena negara tetangga kita juga masih sibuk berbenah. Tapi kelak produk barang dan jasa mereka pasti akan membanjiri pasar kita," kata Aviliani kepada Suara.com, Rabu (27/1/2016).
Aviliani mengakui perekonomian Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditi bahan mentah.
"Sementara untuk industri manufaktur kita, saya tak yakin bisa langsung bersaing," ujar wanita yang menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Mandiri tersebut.
Oleh sebab itu, Aviliani menyarankan pemerintah untuk segera melakukan pemetaaan. Indonesia harus bisa menemukan sektor industri dalam negeri mana yang paling unggul dan kompetitif.
"Sektor inilah yang kemudian paling dapat prioritas untuk dikembangkan agar siap menghadapi MEA," tutur Aviliani.
Memang sejak Kamis (31/12/2015), Indonesia telah resmi memasuki era MEA yang mulai diberlakukan. MEA sendiri adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota ASEN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.
Dengan berlakunya MEA, barang dan jasa dari semua negara anggota ASEAN ditambah akan lebih bebas untuk masuk ke Indonesia. Begitu juga sebaliknya, ekspor barang dan jasa Indonesia ke negara-negara tersebut lebih bebas. Nantinya, kawasan perdagangan bebas ini akan diperluas ke Cina, Jepang, dan Korea Selatan.
Kementerian Tenaga Kerja telah meminta kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan penerapan terhadap standar kompetensi pekerja nasional dan kerangka kualifikasi nasional dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Terdapat 12 sektor jasa yang diliberalisasi dalam kerangka MEA yakni pariwisata, konstruksi, transportasi, keuangan, komunikasi, distribusi, bisnis, pendidikan, kesehatan, rekreasi, olahraga, budaya, dan jasa lainnya.
Berita Terkait
-
Manufaktur RI Ngegas! Setengah Tahun Curi Investasi Rp366 Triliun
-
Investasi di Sektor Manufaktur Paling Banyak Serap Tenaga Kerja
-
Wamen Investasi dan Hilirisasi: Investasi di Sektor Manufaktur Paling Banyak Serap Tenaga Kerja
-
Cognex Buka Kantor Baru di Indonesia untuk Permudah Otomasi Manufaktur yang Presisi dan Efisien
-
Industri Manufaktur RI Bangkit dari Kubur, Begini Datanya
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
-
Dokter Tifa Kena Malu, Kepala SMPN 1 Solo Ungkap Fakta Ijazah Gibran
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
Terkini
-
Dampingi Prabowo di New York, Menko Zulhas: RI Tawarkan Solusi Pangan dan Iklim di Panggung Dunia
-
KVB Berkunjung ke Suara.com, Tawarkan Keunggulan Aplikasi dan MetaTrader 5
-
RI Punya Gudang Baja Canggih, Bisa Hemat Biaya Logistik Rp 3,7 Miliar per Bulan
-
Investor Asing Asal Swiss Buang 100 Juta Lembar Saham BUMI Milik Grup Bakrie
-
Peruri Klaim Berhasil Reduksi Emisi Karbon Hingga 102 Persen
-
YLKI Desak Pemerintah Setop Sementara Program Makan Gratis Usai Marak Kasus Keracunan
-
Telkom Kenalkan Dunia Siber Kepada Talenta Muda Lewat Telkom Cyberfest Vol. 2
-
Hari Sungai Sedunia, Telkom Gandeng Pandawara Gelar River Clean Up di Cioray Bandung
-
Anak Usaha Produsen Susu dan Es Krim Diamond Digugat PKPU, Dianggap Punya Utang Rp367 Juta
-
Kebijakan Kuota Impor Kemenperin Dipertanyakan, Industri Tekstil RI Kian Babak Belur