Cina berharap "Belt and Road Initiative" (BRI) yang digagas Presiden Xi Jinping pada 2015 dapat dipahami sebagai strategi kerja sama regional untuk negara-negara di kawasan Eurasia serta Afrika, dan bukan sekadar proyek konektivitas yang justru lebih dikenal dengan istilah "One Belt One Road" (OBOR).
Hal tersebut diungkapkan peneliti senior Akademi China untuk Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Zhang Jianping saat menerima kunjungan wartawan dari negara-negara ASEAN di Beijing, Sabtu (23/9/2017), karena hingga saat ini China masih menghadapi berbagai salah persepsi mengenai BRI.
"Saya ingin menggarisbawahi bahwa strategi ini tidak hanya mencakup 'one belt' atau 'one road' saja tetapi merupakan platform kerja sama regional," kata dia.
Hanya dengan memahami konsep tersebut, maka masyarakat internasional dapat memahami pentingnya kerja sama melalui platform BRI untuk sama-sama mendapat manfaat dari pembangunan dan konektivitas.
"Hanya dengan berkembang kita dapat menemukan solusi untuk masalah sosial ekonomi," tutur pria yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Pusat Kerja Sama Ekonomi Regional di lembaga yang berafiliasi dengan Kementerian Perdagangan China itu.
Sebagai model baru kerja sama internasional dan globalisasi inklusif, BRI mengusung konektivitas sebagai kata kunci dalam berbagai sektor seperti perdagangan, pembangunan infrastruktur serta relasi antarmanusia.
"Ini adalah kombinasi strategi Barat dan Timur, bahkan lebih baik daripada perjanjian perdagangan bebas yang terlalu Barat dan jauh dari kawasan kita," kata Jianping.
Menanggapi sentimen negatif beberapa negara terkait BRI, ia memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar karena negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar cenderung memiliki perbedaan opini dan persepsi.
Baca Juga: Luhut Tegaskan One Belt One Road Cina Bukan Ancaman Bagi RI
Meskipun tidak bisa memaksa setiap negara untuk menyambut baik inisiatif ini, Jianping kembali meyakinkan bahwa BRI merupakan kunci pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan regional.
"Sebagian besar orang sangat menginginkan pembangunan, mereka berharap memperoleh akses listrik, internet dan air bersih, memanfaatkan energi yang lebih ramah lingkungan serta memiliki kondisi hidup lebih baik," tutur dia. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Daftar Menteri Keuangan Indonesia Sejak Era Soekarno sampai Prabowo
-
Sinyal Kuat Menkeu Baru, Purbaya Janji Tak Akan Ada Pemotongan Anggaran Saat Ini
-
Lampung Jadi Pusat Energi Bersih? Siap-Siap Gelombang Investasi & Lapangan Kerja Baru
-
Dirut Baru Siap Bawa Smesco ke Masa Kejayaan
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Di Tengah Badai Global, Pasar Obligasi Pemerintah dan Korporasi Masih jadi Buruan
-
Telkomsel, Nuon, dan Bango Kolaborasi Hadirkan Akses Microsoft PC Game Pass dengan Harga Seru
-
Sosok Sara Ferrer Olivella: Resmi Jabat Kepala Perwakilan UNDP Indonesia
-
Wamen BUMN: Nilai Ekonomi Digital RI Capai 109 Miliar Dolar AS, Tapi Banyak Ancaman
-
Netmonk dari PT Telkom Indonesia Berikan Layanan Monitoring Jaringan Mandiri