Suara.com - Mengukur kesehatan keuangan mungkin bisa sesederhana hitungan antara beban utang dengan aset atau antara pasak dengan tiang. Namun, bila Anda menginginkan kondisi finansial yang sehat dalam jangka panjang, Anda perlu lebih serius memantau kondisi keuangan Anda dari waktu ke waktu.
Memiliki laporan keuangan pribadi adalah langkah penting supaya Anda mudah melihat isi jerohan keuangan pribadi Anda. Memiliki laporan keuangan pribadi juga memudahkan Anda mengecek tingkat kesehatan keuangan melalui berbagai macam indikator.
Berikut ini 5 indikator yang bisa Anda gunakan untuk mengukur kesehatan dompet Anda seperti disarikan oleh HaloMoney.co.id:
1.Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Likuiditas menggambarkan kemampuan sebuah aset diubah secara cepat dan mudah menjadi bentuk uang tunai. Dengan mengetahui rasio likuiditas ini, Anda bisa mengetahui seberapa besar kemampuan kantong Anda membiayai pengeluaran berkelanjutan ketika di tengah jalan terjadi guncangan pendapatan, seperti PHK atau kematian. Rasio ini biasanya juga digunakan untuk menentukan kebutuhan dana darurat, juga untuk menutup pengeluaran tak terduga yang tidak bisa ditutup oleh asuransi.
Rasio likuiditas bisa Anda peroleh dengan membagi jumlah aset berupa kas atau setara kas dibagi dengan jumlah pengeluaran bulanan. Satuannya adalah bulan.
Sebagai contoh, anggaplah nilai dana tunai yang Anda miliki berikut aset setara kas seperti tabungan, deposito, emas, jumlahnya adalah Rp40 juta. Sedangkan besar pengeluaran rutin bulanan Anda mencapai Rp5 juta. Maka, rasio likuiditas Anda adalah= 40 juta/5 juta= 8 bulan.
Berarti, aset likuid yang Anda miliki saat ini bisa menyokong beban pengeluaran Anda selama 8 bulan dalam kondisi Anda tidak memiliki pendapatan. Dalam prinsip keuangan yang sehat, benchmark yang digunakan untuk rasio likuiditas adalah 3-6 kali besar pengeluaran bulanan.
2.Rasio tabungan (Saving Ratio)
Menabung atau menyisihkan sebagian penghasilan untuk kebutuhan di masa depan, sudah menjadi kebiasaan finansial yang perlu selalu dipupuk. Anda bisa mengukur apakah nilai yang Anda tabung saat ini sudah ideal atau belum memakai rasio tabungan. Caranya, nilai tabungan tahunan dibagi dengan jumlah pendapatan tahunan.
Rasio ini bertujuan untuk menetapkan persentase yang idealnya Anda tabungkan setiap tahun atau setiap bulan. Sebagai contoh, nilai tabungan Anda adalah Rp40 juta yang tersebar di tabungan dan deposito bank. Adapun total pendapatan tahunan Anda mencapai Rp180 juta. Maka, rasio tabungan Anda adalah Rp40 juta/Rp 180 juta= 22,2%. Angka minimal rasio tabungan adalah 10%, lebih besar lebih baik. Sehingga, dengan rasio tabungan 22,2%, Anda sudah cukup bagus.
3. Rasio kemampuan pelunasan utang (Debt Service Ratio)
Rasio ini sangat penting untuk mengukur kemampuan Anda dalam membayar cicilan utang. Angkanya bisa Anda dapatkan dengan membagi antara beban cicilan utang per tahun/per bulan dibagi dengan nilai pendapatan per tahun atau per bulan. Angka ideal rasio ini adalah maksimal 35%, tidak boleh melebihi itu.
Misalnya, setiap bulan Anda harus membayar cicilan utang Rp4 juta, sedangkan jumlah pendapatan bulanan Anda adalah Rp7 juta. Maka, debt service ratio Anda adalah Rp4 juta/Rp7 juta= 58%. Angka ini tidak sehat karena idealnya beban utang Anda memakan 35% pendapatan bulanan. Supaya masalah utang tidak makin mempurukkan keuangan Anda, Anda perlu mengambil langkah untuk menurunkan beban utang, apakah dengan menjual aset, melakukan refinancing utang atau menambah penghasilan.
4. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
Rasio ini berguna untuk mengukur risiko kebangkrutan Anda. Kondisi bangkrut adalah ketika seseorang memiliki utang melebihi jumlah total asetnya. Rasio solvabilitas bisa kita dapatkan dengan membagi antara nilai total kekayaan bersih dibagi total aset.
Misalnya, nilai total kekayaan bersih Anda adalah Rp1,62 miliar. Sedangkan nilai aset Anda mencapai Rp2,2 miliar. Maka, rasio solvabilitas Anda adalah 73,5%. Berarti, Anda masih mampu bertahan kendati terjadi penurunan nilai aset hingga 73,5%. Angka ideal rasio ini adalah minimal 50%.
5. Pertumbuhan Pendapatan
Apakah kenaikan gaji yang Anda dapatkan berarti pendapatan Anda meningkat? Belum tentu. Anda bisa mengukur dengan lebih tepat berapa pertumbuhan pendapatan Anda dengan cara berikut ini, yaitu, pendapatan tahun ini dikurangi pendapatan tahun lalu bagilah dengan nilai pendapatan tahun lalu, hasilnya kurangi dengan laju inflasi.
Sebagai contoh, pendapatan Anda tahun lalu Rp7,5 juta. Sedang saat ini pendapatan Anda Rp17 juta. Tingkat inflasi adalah 6%. Maka, pertumbuhan pendapatan Anda adalah= ([Rp17 juta-Rp7,5 juta]/Rp7,5 juta)-6% = 119%. Artinya, pendapatan Anda meningkat 119% dibandingkan periode sebelumnya.
Published by halomoney.co.id |
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
Terkini
-
Industri Keuangan Syariah Indonesia Masih Tertinggal dari Malaysia
-
Petani Hingga Buruh Lega Menkeu Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok
-
Emas Antam Terbang Tinggi, Harga Per Gram Sentuh Rp 2.198.000
-
Mandiri Peduli Sekolah Tingkatkan Sarana Belajar Layak bagi Siswa di Wilayah Jabodetabek
-
IHSG Menguat Senin Pagi, Tapi Diproyeksikan Anjlok
-
BCA Mobile dan Blu Error Pada Senin Pagi, Ini Aduan Resmi dan Whatsapp CS BCA
-
Asuransi Bukan Sekadar Perlindungan, Tapi Investasi Kesehatan
-
Sepekan Kemarin Asing Bawa Kabur Dananya Rp 2,71 Triliun dari RI, Gara-Gara Ketidakpastian Global
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Jamkrindo Berikan Penjaminan Kredit Rp 12,28 Triliun untuk UMKM Jabar