Suara.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) telah mengeluarkan penilaian kinerja PDAM 2017. Penilaian dilakukan untuk tahun buku 2016, dengan tujuan untuk melihat dan mengukur tingkat kinerja manajemen, efisiensi dan efektivitas pengelolaan PDAM.
“Penilaian dilakukan bekerja sama dengan BPKP, karena lokasi PDAM tersebar di kabupaten dan kota. BPKP juga memiliki perwakilan di daerah dan kapasitas melakukan audit perusahaan,” kata Dirjen Cipta Karya, yang juga Plt. Ketua BPPSPAM, Sri Hartoyo kepada wartawan, dalam jumpa pers "Hasil Penilaian Kinerja PDAM", di Jakarta, Kamis (14/12/12).
Dari hasil penilaian terhadap 378 PDAM, sebanyak 209 PDAM (55,3persen) maduk dalam kategori sehat, dengan nilai rata-rata kinerja 3,29, sebanyak 103 PDAM (27,2 persen) kategori kurang sehat, dengan rata-rata kinerja 2,49, dan 66 PDAM (17,5 persen) masuk kategori sakit, dengan nilai rata-rata kinerja 1,90.
"Secara umum, nilai rata-rata kinerja tahun 2017 sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2016, jumlah PDAM sehat sebanyak 198, tahun 2017 naik menjadi 209 PDAM," jelasnya.
Sebanyak 18 indikator kinerja PDAM yang dinilai terbagi menjadi 4 aspek, yakni keuangan, pelayanan, operasional dan sumber daya manusia. Penilaian dengan 3 kategori, yakni PDAM sehat dengan nilai >2,8, PDAM kurang sehat dengan nilai 2,2-2,8 dan PDAM sakit dengan nilai <2,2.
Sri Hartoyo menjelaskan, faktor dominan yang mempengaruhi kinerja PDAM adalah tingkat kehilangan air alias non revenue water, efektivitas penagihan dan pelayanan yang tak sampai 24 jam.
“Efektivitas penagihan harus 100 persen dan biasanya berkorelasi dengan tingkat layanan. Kalau tingkat layanannya jelek, tagihannya juga seret. Semakin bagus layanan pada umumnya, tingkat penagihannya lebih bagus. Tingkat kehilangan air juga dinilai. Patokan kita, rata rata kebocoran yang di toleransi adalah sekitar 20 persen, namun pada saat ini masih di angka 32,5 persen,” jelasnya.
Penyebab lain menurunnya kinerja PDAM disebabkan karena penambahan pelanggan yang lebih besar dibandingkan penambahan produksi air PDAM.
Untuk kenaikan kinerja beberapa PDAM tahun 2017, Sri Hartoyo mengatakan, salah satunya didukung oleh meningkatnya jam operasional pelayanan meskipun tantangannya adalah efisiensi energi. Biaya listrik menjadi salah satu komponen terbesar dalam operasional PDAM, sehingga perusahaan harus cermat dalam perencanaan SPAM sejak dari pengambilan air baku hingga distribusi ke pelanggan berdasarkan sistem operasi paling ekonomis.
Sementara itu terkait tarif, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.71 tahun 2016 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum, Sri Hartoyo mengatakan bahwa tarif air minum, salah satunya didasarkan pada pemulihan biaya operasional dan pengembangan pelayanan air minum atau full recovery cost.
Agar PDAM tak merugi dan bangkrut, namun juga masyarakat berpenghasilan rendah tetap bisa menjangkau biaya berlangganan, maka dapat dijembatani dengan tarif progresif dan subsidi pemerintah daerah.
“Misalnya harga air minum dari PDAM Rp3 ribu per kubik, sementara MBR hanya mampu membayar Rp2.500 per kubik. Di sini pemerintah daerah dapat memberikan subsidi Rp500 per kubik, agar rakyat/MBR mampu membeli, sementara harga keekonomian tetap terpenuhi dan PDAM tidak merugi,” katanya.
Sementara itu, Kepala Sekretaris BPPSPAM, Bambang Sudiatmo mengatakan, tugas utama BPPSPAM adalah meningkatkan presentase PDAM sehat. Namun lebih penting dari itu adalah bagaimana PDAM bisa melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2016, BPPSPAM merupakan lembaga yang bertanggungjawab kepada menteri yang bertugas membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam meningkatkan penyelengaraan SPAM yang dilaksanakan oleh BUMN/BUMD Penyelenggara SPAM.
Beberapa fungsinya adalah melakukan penilaian kinerja PDAM, fasilitasi dan pemberian rekomendasi untuk meningkatkan kinerja PDAM dan rekomendasi kepada pemerintah dan pemda dalam rangka menjaga kepentingan yang seimbang antara penyelenggara dengan pelanggan.
Turut hadir dalam acara tersebut, Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Muhammad Sundoro, dan tiga anggota BPPSPAM, yakni Setio Djuwono dari unsur profesi, M. Aulawi Dzin Nun dari pemerintah, dan Syamsul Hidayat dari pelanggan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
LHKPN Wali Kota Prabumulih Disorot, Tanah 1 Hektare Lebih Dihargai 40 Jutaan
-
Masyarakat Umum Boleh Ikut Serta, Pegadaian Media Awards Hadirkan Kategori Citizen Journalism
-
Zoomlion Raih Kontrak Rp4,5 Triliun