Suara.com - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita, menyarankan agar peternak membentuk kelompok ekonomi agar lebih berdaya saing dan punya posisi tawar dalam mengembangkan usahanya. Hal tersebut dinilai penting untuk mengatasi penurunan harga telur ayam ras di tingkat peternak karena kelebihan pasokan, serta keluhan biaya produksi yang tinggi akibat harga bibit ayam (day old chick/DOC) dan pakan yang tinggi.
Untuk mencari akar persoalan dan solusi, I Ketut bersama Direktur Pakan, dan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, bahkan sudah turun langsung ke sentra produsen ayam petelur terbesar di Jawa Timur, yakni Kabupaten Blitar, untuk berdialog dengan peternak. Hal ini dilakukan Senin (1/10/2018).
Dalam dialog yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Blitar tersebut, sekitar 140 peternak melakukan dialog langsung dan mengeluhkan penurunan harga telur di tingkat peternak karena kelebihan pasokan, padahal pada saat yang sama terjadi biaya produksi yang tinggi akibat harga DOC dan pakan yang tinggi.
“Kami sarankan agar para peternak bersatu dalam wadah koperasi. Hal ini untuk memudahkan kami dalam memfasilitasi peternak untuk mendapatkan DOC secara langsung dari perusahaan pembibit (breeder/integrator), sehingga harganya standar normal," terang I Ketut, saat ditemui di Jakarta, Sabtu (6/10/2018).
I Ketut membantah bahwa harga DOC mahal karena kelangkaan. Menurutnya, berdasarkan data yang ada, produksi bibit ayam petelur (DOC FS Layer) dari Januari-Agustus 2018 rata-rata 14.831.383 ekor per bulan, dan bibit ayam pedaging (DOC FS Broiler) rata-rata 243.250.971 ekor per bulan, atau per minggu sebanyak 57.916.898 ekor. Pasokan justru sangat berlebih dan karenanya dilakukan eskpor ke beberapa negara.
“Kita sudah ekspor DOC ke Timor Leste, telur ayam tetas ke Myanmar, daging ayam olahan ke Jepang, PNG dan Myanmar. Ekspor ini yang harus kita tambah dan perluas negaranya, sehingga dapat meghasilkan devisa untuk negara,” tandasnya.
Menurutnya, ada kemungkinan peternak melakukan order sendiri-sendiri dan dengan jumlah yang sedikit, sehingga sulit untuk dilayani langsung, dan akhirnya mendapatkan DOC dengan harga tinggi karena sudah dari tangan/pihak ketiga. Apalagi setelah dilakukan pengecekan harga DOC di tingkat pembibit, masih standar normal.
Peternakan ayam petelur sudah menjadi urat nadi bagi perekonomian Kabupaten Blitar, karena merupakan daerah terbesar di Indonesia dalam menghasilkan telur ayam ras. Nasib peternak ayam petelur tentunya harus diperjuangkan.
"Kita akan ambil sikap bersama agar peternak tidak rugi. Apa yang menjadi keluhan peternak soal kesulitan mendapatkan DOC, kita carikan jalan keluar, agar biaya produksi itu turun, dan peternak bisa bersaing," katanya.
Baca Juga: Tingkatkan Ekspor Pertanian, Kementan dan Kadin Bersinergi
Terkait dengan upaya memenuhi kebutuhan jagung untuk pakan ternak, I Ketut minta Pemerintah Kabupaten Blitar untuk dapat memanfaatkan lahan-lahan pemerintah yang masih belum produktif untuk ditanami jagung.
“Penanaman jagung bisa juga dilakukan oleh BUMD, sehingga dapat menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah), yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Blitar,” ucapnya.
Menyikapi adanya kelebihan pasokan saat ini, I Ketut berpendapat, hal ini semestinya ditanggapi dengan positif karena lebih baik kelebihan pasokan daripada kekurangan. Solusi paling nyata adalah dengan terus mendorong pelaku usaha untuk terus meningkatkan ekspor, selain juga mendorong kerja sama pemasaran antara produsen telur ayam, seperti Blitar dengan daerah lain, seperti yang sudah dilakukan dengan Pemerintah DKI Jakarta.
Berita Terkait
-
Kinerja Mentan Amran Sulaiman Masuk Daftar Terbaik Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran
-
Tata Kelola Pupuk Bersubsidi Makin Transparan, Kementan Pastikan Tepat Sasaran
-
Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Tradisional, Pemerintah Setop Impor
-
Operasi Pasar Besar-besaran! Kementerian Pertanian Siapkan 1,3 Juta Ton Beras
-
Skandal Beras Oplosan Rp100 T: Titiek Soeharto Murka, Janji Cecar Mentan di Senayan
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya