Suara.com - Sebuah kapal Golden Pear XIV yang bermuatan bahan bakar minyak atau BBM pada Kamis (10/1/2019) mengalami kebocoran di perairan Campae, Parepare, Sulawesi Selatan. Sehingga BBM yang diangkut kapal tersebut mencemari perairan di daerah tersebut.
Untuk diketahui, kapal Golden Pear XIV merupakan milik PT Soechi Lines Tbk (SOCI). Kapal tersebut disewa PT Pertamina (Persero) untuk angkut BBM jenis solar. Atas pencemaran itu, beberapa elemen masyarakat Parepare berencana melakukan gugatan hukum terhadap PT Soechi Lines Tbk (SOCI).
Ketua MPC Pemuda Pancasila Pare-Pare, Fadly Agus Mante mengatakan, kelalaian tersebut diduga melanggar UU 32 tahun 2009 tentang lingkungan hidup.
"Tuntutan hukumnya, sesuai UU 32 ada kurungan badan bagi direksi dan ganti rugi Rp 3 miliar - Rp 13 miliar," kata Fadly dalam keterangannya, Senin (14/1/2019).
Fadly merasa ragu jika solar yang tumpah ke pantai berasal dari pendingin LO Cooler A/E kapal tanker.
"Jika benar dari Lo cooler akan sangat fatal, mesti kalau kerusakan kapal tanker enggak serta merta berlayar, bisa ada ledakan kalau gak ada perbaikan, jadi pertanyaan apakah benar dari tanki Lo cooler?" imbuh dia.
Saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam proses penyelidikan terhadap solar yang tumpah di pantai Wattang Soreang, Parepare, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel telah dilaksanakan pada Sabtu (12/1/2019). Fadly turut terjun kelapangan pada saat pengambilan sampel tersebut.
Ia menyayangkan adanya pembiaran Kapal Tanker milik Soechi Lines keluar dengan leluasa untuk meninggalkan dermaga Jetty Pertamina. Apalagi kebocoran BBM jenis solar tumpah, di pantai dalam jumlah sangat besar sampai penduduk sekitarnya dapat memgumpulkan ribuan liter solar hanya dari pantai.
Ia juga merasa ragu terhadap data Pertamina, jika solar yang tumpah itu 0,8 kiloliter. Berdasarkan hitung-hitungan, 0,8 kiloliter jika dipecah menjadi 800 liter. Jika dimasukan ke drum besar hanya muat untuk empat drum.
Baca Juga: Tumpahkan 800 Liter Solar di Parepare, Tanker Golden Pearl XIV Sudah Pergi
Padahal seperti telah dilaporkan, satu penduduk saja telah dapat mengumpulkan 10 drum solar dalam tempo singkat 3 jam.
Bayangkan jumlah solar yang tertumpah sebenarnya berapa banyak dengan fakta masyarakat berbondong-bondong ke Pantai menimba solar yang tumpah selama berhari-hari. Tentunya jumlah solar yang tumpah sebenarnya beribu-ribu liter.
"Ini lucu, investigasi dan fakta lapangan masyarakat berbondong-bondong mengambil solar berderigen-derigen. Jadi enggak berbanding lurus 800 liter, karena banyak dirigen berisi solar yang diambil di masyarakat. Tidak mungkin 0,8 kiloliter jika mengacu pada banyaknya dirigen solar yang dibawa masyarakat," imbuh dia.
Bayangkan jarak kapal dari Pantai setidaknya 100 meter dan bila pantai yang tercemar hanya 200 meter berarti air laut mengandung minyak solar adalah 10,000 meter persegi dalam bentuk segitiga. Ditambah lagi bila tebalnya tumpahan solar hanya 1cm saja, ini berarti minyak yang tumpah mencapai setidaknya 100.00 liter. Tentunya jumlah minyak yang tumpah sebetulnya jauh lebih besar lagi karena cakupan pencemaran minyak ini jauh lebih luas daripada 200 meter garis pantai.
"Selain dari itu, diduga ada upaya pembodohan pemilik kapal dalam penjelasan kepada Pertamina dimana tumpahan solar tersebut dikatakan karena kerusakan LO Cooler kapal. LO Cooler tidak menggunakan solar sama sekali, jadi tidak mungkin solar tumpah ke laut disebabkan oleh LO cooler," lanjut Fadly.
Fadly berharap Pertamina tidak menutup-nutupi PT Soechi Lines Tbk dan terbuka mengenai apakah yang sebenarnya menyebabkan tumpahan solar di Parepare. Fadly juga berharap semua instansi dan LSM turut mengawal investigasi kejadian ini agar fakta dan kebenarannya dapat terungkap.
Tag
Berita Terkait
-
Tumpahkan 800 Liter Solar di Parepare, Tanker Golden Pearl XIV Sudah Pergi
-
BBM Kapal Golden Pearl XIV Tumpah, Walhi Desak PT Soechi Tanggungjawab
-
Longsor Sukabumi Tak Berdampak ke Penyaluran BBM dan LPG Pertamina
-
BBM Satu Harga Sudah Dirasakan di 131 Titik Seluruh Indonesia
-
Prabowo: Indonesia Akan Krisis Air dan BBM di 2025
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Fakta-Fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina