Suara.com - Kota Solo memang sangat identik dengan batik. Batik menjadi salah satu oleh-oleh favorit wisatawan saat berkunjung ke kota budaya ini. Untuk mendapatkan batik di Solo tergolong mudah, karena ada banyak lokasi yang menjadi pusat batik. Sebut saja Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo, maupun pusat batik yang lainnya.
Namun, kebanyakan batik yang tersedia di pasaran bukanlah batik tulis atau tradisional, melainkan batik cap atau malahan printing batik. Bagi perajin batik, printing bukanlah jenis batik, tetapi sablon dengan motif batik.
Pembedaan tersebut dilakukan karena printing tidak memenuhi satu syarat utama sebuah batik, yakni menggunakan malam atau lilin yang menjadi bahan utama dalam proses membuat batik.
Jauh sebelum hadirnya batik modern, batik tulis Solo begitu digandrungi. Kondisi ini mendorong tumbuhnya industri batik di beberapa lokasi. Salah satunya di Kampung Batik Laweyan.
Dahulu, di kampung yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya ini terdapat ratusan pengusaha batik. Batik tulis ini mengalami perkembangan pesat mulai tahun 1940-an. Pun batik tulis sempat mencapai masa keemasannya sebelum tahun 1970. Akan tetapi, sekitar tahun 1970an pamor batik tulis mulai luntur.
"Ini disebabkan hadirnya peralatan modern, seperti batik cap dan printing. Meskipun saat itu, printing masih dilakukan secara manual," terang salah satu pengusaha batik di Laweyan, Alpha Febela Priyatmono kepada Suara.com, Senin (14/5/2019).
Harga yang tidak berimbang membuat posisi batik tulis semakin tergerus. Lantaran, harga batik tulis bisa mencapai ratusan ribu bahkan di atas Rp 1 juta untuk satu lembar kain. Sedangkan, printing hanya berkisar belasan hingga puluhan ribu saja. Tak heran, jika banyak yang bergeser untuk memilih printing.
Alpha menyampaikan, selain masalah harga, lamanya proses pengerjaan juga menjadi salah satu penyebabnya. Batik tulis membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk menyelesaikan selembar kain saja.
"Sedangkan untuk batik cap atau printing relatif lebih cepat. Batik tulis bisa sampai berbulan-bulan, kalau untuk printing hanya hitungan jam saja," imbuhnya.
Baca Juga: Unik, Ada Alquran Batik di Solo
Semakin hari, kondisi batik tulis semakin tidak menentu. Kondisi ini pula yang membuat puluhan pengusaha batik akhirnya bangkrut dan meninggalkan usaha yang sudah dirintis sejak lama.
"Dari ratusan pengusaha batik, hanya tersisa belasan saja. Yang lainnya tutup," imbuh Alpha. Bahkan, Alpha sendiri menjadi salah satu yang terdampak adanya printing tersebut.
Alpha menuturkan, dirinya sempat berhenti selama lebih kurang 16 tahun. Peminat yang semakin menyusut serta kalah saing dengan printing menjadi salah satu penyebabnya.
Kontributor : Ari Purnomo
Berita Terkait
-
Unik, Ada Alquran Batik di Solo
-
5 Pengrajin Batik Binaan BNI Unjuk Gigi di Gelar Batik Nusantara 2019
-
Lagi Tren Batik Printing, Ini Pendapat Yayasan Batik Indonesia
-
Keren Banget, Siswa SMA Di Majenang Bikin Seragam Batik Sendiri!
-
Keren Banget, Batik Karya Penyandang Difabel Ini Dipamerkan di Inacraft
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Daftar Pinjol Ilegal Oktober 2025: Ini Cara Cek Izin Pinjaman di OJK
-
Cara Hitung Bunga Deposito Tabungan 2025
-
Luhut Turun Tangan, Minta Purbaya Tak Ambil Anggaran MBG
-
Anggaran Makan Bergizi Gratis Tembus Rp20 Triliun, Penyerapan Melonjak Tiga Kali Lipat!
-
Disindir soal Subsidi LGP 3Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Pak Bahlil Betul
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
Dharma Jaya Klaim Bukukan Pertumbuhan Bisnis 190 Persen
-
Sebelum Dilegalkan, 34.000 Sumur Minyak Rakyat Sedang Diverifikasi
-
Santai! Menko Airlangga Yakin Rupiah Kebal Guncangan Shutdown Amerika!
-
Kementerian ESDM: Stok BBM SPBU Swasta Akan Kosong sampai Akhir 2025 Jika Tak Beli dari Pertamina