Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas bertekad mewujudkan pola pengembangan pertanian berkelanjutan. Salah satu alasanya karena komoditas beras berkelanjutan menjadi topik yang menarik untuk dijadikan platform pembangunan pertanian ke depan.
Kepala Seksi Intensifikasi Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serelia, Ike Widyaningrum mengatakan, banyak program yang dilaksanakan di Kementan untuk mendukung praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Intansi kami telah melaksanakan program-program seperti Unit Pengolah Pupuk Organik, budi daya padi bebas residu, desa pertanian organik, dan demfarm budidaya tanaman sehat," ujar Ike, di Jakarta, Minggu (20/10/2019).
Ike menyebutkan, seperti program UPPO itu, ada 3 ribu unit hampir di semua provinsi, kemudian kegiatan Budi Daya Padi Bebas Residu seluas 60 ribu hektare di 9 provinsi, Desa Pertanian Organik di 651 desa, serta demfarm budi daya tanaman sehat seluas 100 ribu hektare di 20 provinsi.
Ada juga tumpangsari tanaman yang ditargetkan seluas 1 juta hektare untuk padi, jagung dan kedelai.
Ike menambahkan, program ini dapat mendukung kehidupan di bawah tanah, karena hubungan mutualisme antara biota tanah. Selain itu mendapatkan keuntungan ganda dari pertanaman yang ditumpangsarikan.
"Semua program tersebut mengarah pada praktik budi daya pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Anang Noegroho mengatakan, konsep budi daya beras berkelanjutan sangat diperlukan mengingat tren permintaan beras ke depan adalah menurunnya konsumsi beras per kapita. Namun demikian, kebutuhan beras nasional tetap meningkat, karena pertumbuhan penduduk masih positif dan usia harapan hidup meningkat.
"Selain itu, tantangan pemenuhan kebutuhan beras tidak hanya dari sisi ketersediannya saja, tetapi sekarang ini juga dibutuhkan beras dengan kandungan gizi yang baik atau kaya dengan vitamin, atau yang dikenal dengan beras biofortifikasi, utamanya untuk wilayah-wilayah di Indonesia yang terindikasi mengalami gejala stunting," Anang dalam acara diskusi pembangunan perberasan berkelanjutan melalui Sustainable Rice Platform (SRP) di Kantor Bappenas, Rabu (16/10/2019).
Baca Juga: Atasi Stunting, Kementan dan FAO Garap Program Obor Pangan Lestari
Anang berharap, diskusi tentang Sustainable Rice Platform bisa membahas kelanjutan inisiasi menuju SRP Indonesia dan mendapatkan informasi tentang arah kebijakan beras berkelanjutan. Selain itu memberikan gambaran perkembangan SRP di tingkat global dan nasional.
"Juga penting mendiskusikan rumusan tindak lanjut dalam mengembangkan beras berkelanjutan di Indonesia," ujarnya.
Di tempat yang sama, Suhartini, dari Balai Besar Penelitian Padi Kementan menyebutkan instansinya telah meluncurkan varietas Inpari 46 Nutri Zinc sebagai upaya meningkatkan nilai gizi sekaligus untuk mengatasi kekurangan zat besi pada msyarakat.
"Bapak ibu bisa mendapatkan benih padi di Balai Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP, red) di seluruh provinsi di Indonesia, atau kalau di BPTP tidak ada stock, nanti bisa minta ke kami," terangnya.
Sandra dari Thailand menuturkan, pelaksanaan SRP pada lahan sawah konsepnya dimulai dari pengelolaan lahan sawah, persiapan pra tanam, penggunaan air, pengaturan nutrisi bagi tanaman, pengelolaan hama secara terpadu, penanganan panen dan pasca panen, keamanan dan kesehatan dari bahan-bahan kimiawi, dan hak buruh.
Menurutnya, Program Sustainable Rice Platform (SRP) ini sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals, yaitu tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi, serta produksi dan konsumsi yang bertanggungjawab.
Berita Terkait
-
Indonesia Perkuat Komitmen Dekade PBB Pertanian Keluarga 2019 - 2028
-
Ubi Jalar Karanganyar Untung Besar dan Ekspor ke Korea
-
Program Serasi di Kalimantan Selatan Siap Dukung Pangan Ibu Kota Baru
-
Program PKBM, Dirjen PSP Resmikan Warehouse UPJA di OKI
-
Kementan Musnahkan 59 Paket Tanpa Dokumen di Kediri
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga