Suara.com - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan potensi pertumbuhan ekonomi pada kuartal selanjutnya bisa lebih buruk dibandingkan dengan kuartal 1 yang tumbuh 2,97 persen.
"Indonesia saat ini kita masih berada di 3 persen (pembulatan 2,97 persen), apakah mungkin lebih buruk lagi? Jelas iya," kata Febrio saat media briefing bersama wartawan secara virtual, Rabu (13/5/2020).
Meski berpotensi lebih buruk, anak buah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ini menambahkan pemerintah tentu tidak tinggal diam saja dalam situasi ini, menurutnya sejumlah kebijakan akan ditempuh pemerintah demi meredam dampak yang lebih dalam lagi.
"Melihat bahwa kuartal 2 akan lebih buruk dari pada kuartal 1 dan apakah kuartal 3 bisa lebih baik dari pada kuartal 2 ini sedang kita usahakan dengan segala kebijakan yang di rancang pemerintah, harapannya untuk perekonomian kita yang sedang tertekan, tapi bagaimana caranya supaya tekanan itu diredam," kata Febrio.
"Kita sedang berusaha meredam dampak negatif secara sosial masyarakat, kita berusaha untuk menghambat supaya tingkat penganggurannya meningkatnya tidak terlalu tajam, kemiskinannya meningkat tapi semoga sangat sedikit dan itu yang sedang kita usahakan," pungkasnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 akan semakin babak belur dihajar virus corona, untuk itu dirinya terus mengantisipasi dampak negatif agar ekonomi tak semakin jatuh.
Hal tersebut dikatakan Sri Mulyani saat rapat bersama dengan Komisi XI DPR RI secara virtual beberapa waktu lalu.
"Kuartal II kita harus antisipasi lebih dalam lagi jatuhnya," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan sepanjang kuartal I saja ekonomi Indonesia sudah jatuh cukup dalam dengan hanya mampu tumbuh 2,97 persen saja.
Baca Juga: Sri Mulyani Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,5 Persen di RAPBN 2021
Tak hanya itu konsumsi masyarakat Indonesia juga jatuh cukup dalam, dimana dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I ini daya beli masyarakat anjlok cukup dalam sebesar 2,84 persen, padahal di kuartal sebelumnya angkanya masih diatas 5 persen.
"Kalau tahun lalu kan konsumsi itu Rp 9.000 triliun lebih, Pulau Jawa 55 persen lebih dari Rp 5.000 triliun, sekarang kalau Rp 5.000 triliun di rumah ya tidak akan sampai, memang dampaknya berat bangat dalam kuartal II," ungkap Sri Mulyani.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
BRI Rebranding Jadi Bank Universal Agar Lebih Dekat dengan Anak Muda
-
Kemenkeu Matangkan Regulasi Bea Keluar Batu Bara, Berlaku 1 Januari 2026
-
Cara Mengurus Pembatalan Cicilan Kendaraan di Adira Finance dan FIFGROUP
-
Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras untuk Industri
-
CIMB Niaga Sekuritas Kedatangan Bos Baru, Ini Daftar Jajaran Direksi Teranyar
-
Eri Budiono Lapor: Bank Neo Kempit Laba Rp517 Miliar Hingga Oktober 2025
-
IPO SUPA: Ritel Cuma Dapat 3-9 Lot Saham, Ini Penjelasan Lengkapnya
-
OJK Akan Tertibkan Debt Collector, Kreditur Diminta Ikut Tanggung Jawab
-
Mengenal Flexible Futures Pada Bittime untuk Trading Kripto