Suara.com - Menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak tahun 2014 merupakan suatu hal yang sangat disyukuri oleh Erik Eko Cahyono (35). Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya Program JKN-KIS yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan ini.
Ia menceritakan pengalaman anaknya ketika sakit. Saat itu, usia anak semata wayangnya berusia sekitar 2 tahun.
Ketika itu ditemukan bercak-bercak merah di badannya, kemudian diperiksakan ke dokter di kota Kediri tempat anaknya tinggal, namun belum kunjung sembuh. Dibawalah balita tersebut ke rumah sakit di kota Malang.
Sejak saat itu diketahui bahwa balita bernama Moch. Dzakwan Azhar tersebut menderita kanker darah stadium 2. Saat itu, tubuh kecilnya mulai mengurus karena Dzakwan tidak mau makan.
Kondisi balita tersebut makin parah. Dokter di RS swasta menginformasikan kepada Erik, anaknya memerlukan pengobatan yang tidak sebentar, perlu waktu lama dan kontinyu.
Hari berganti, Erik mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan Dzakwan. Dia pun akhirnya memutuskan mendaftarkan keluarganya untuk menjadi peserta JKN-KIS.
Ia segera mendaftar dengan melengkapi persyaratan yang diperlukan. Ia mendapatkan info tersebut dari tetangganya.
“Pada waktu itu, yang saya pikirkan adalah pengobatan anak saya yang lama dan membutuhkan biaya yang tidak murah. Sesuai dengan prosedur yang ada, saya coba menggunakan kartu JKN-KIS yang saya dapat,’’ terang pria separuh baya ini.
Sejak memakai kartu JKN-KIS, pengobatan kemoterapi yang rutin dijalani oleh balita Dzakwan tidak dipungut biaya sedikitpun.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Selenggarakan JKN-KIS Berdasar Prinsip Akuntabilitas
Erik sangat diuntungkan dengan mengikutkan seluruh keluarganya menjadi peserta JKN-KIS. Iuran yang ia bayarkan selama ini tak sebanding dengan biaya pengobatan anak balitanya.
Ia pun berharap agar masyarakat menyadari bahwa pentingnya perlindungan jaminan kesehatan untuk seluruh anggota keluarga.
“Bagi saya, memanfaatkan JKN-KIS ini sama dengan yang sehat menyelamatkan yang sakit, begitu kan sistemnya kalau saya tidak salah,’’ ujar Erik sembari memamerkan Kartu JKN-KIS milik putranya.
Berita Terkait
-
BPJS Kesehatan Selenggarakan JKN-KIS Berdasar Prinsip Akuntabilitas
-
Studi: Pengobatan Kanker Payudara akan Kurang Efektif pada Wanita Gemuk
-
Kemenkeu Ungkap Biang Kerok Seretnya Penyerapan Anggaran Kesehatan
-
Yoga Terbantu JKN - KIS saat Istri Melahirkan
-
Nurmala : Program JKN-KIS Membawa Berkah Bagi Saya
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pengamat Bicara Nasib ASN Jika Kementerian BUMN Dibubarkan
-
Tak Hanya Sumber Listrik Hijau, Energi Panas Bumi Juga Bisa untuk Ketahanan Pangan
-
Jadi Harta Karun Energi RI, FUTR Kebut Proyek Panas Bumi di Baturaden
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
CORE Indonesia Lontarkan Kritik Pedas, Kebijakan Injeksi Rp200 T Purbaya Hanya Untungkan Orang Kaya
-
Cara Over Kredit Cicilan Rumah Bank BTN, Apa Saja Ketentuannya?
-
Kolaborasi dengan Pertamina, Pengamat: Solusi Negara Kendalikan Kuota BBM
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
Daftar Nama Menteri BUMN dari Masa ke Masa: Erick Thohir Geser Jadi Menpora
-
Stok BBM di SPBU Swasta Langka, Pakar: Jangan Tambah Kuota Impor, Rupiah Bisa Tertekan