Suara.com - Perekonomian Indonesia pada tahun 2021 diproyeksi mulai akan mulai bangkit usai pagebluk virus corona atau Covid-19.
Bahkan dengan percaya dirinya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan tumbuh positif antara 4,5 sampai 5,5 persen.
Hal tersebut dikatakan Sri Mulyani saat rapat paripurna bersama Anggota DPR RI, secara virtual, Selasa (1/9/2020).
Meski akan tumbuh positif, bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia ini memiliki syarat khusus yang harus dipenuhi sebelum bisa mencapai target tersebut.
"Ini sangat tergantung kepada skenario penanganan Covid apakah berhasil dan apakah tersedia vaksin pada tahun 2021 yang bisa didistribusikan kepada porsi populasi kita secara cukup signifikan,” katanya.
Selain itu kata dia, tahun 2021 juga sangat tergantung pada akselerasi reformasi terutama di bidang struktural untuk meningkatkan produktivitas daya saing dan iklim investasi.
Berikutnya, tergantung dari kemampuan fiskal di dalam mendukung program pemulihan ekonomi baik untuk pemulihan sisi demand dalam bentuk bansos dan Bantuan Langsung Tunai dan dari sisi supply dalam bentuk pemulihan sektor sektor produksi.
"Tentu tergantung juga dari trajectory pemulihan ekonomi global yaitu bagaimana terutama negara-negara maju baik di Amerika, Eropa, Jepang dan RRT untuk bisa mempengaruhi dan mengembalikan trajectory pemulihan ekonomi dunia," paparnya.
Untuk tahun depan ini, IMF memprediksi tahun depan perekonomian Indonesia tumbuh di 6,1 persen, Bank Dunia memprediksikan tahun depan akan tumbuh 4,8 persen, dan ADB memprediksikan untuk Indonesia tahun depan akan tumbuh di 5,3 persen.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Minus, Akankah Indonesia Mengalami Resesi?
Sementara itu, untuk tahun ini Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 bisa negatif sampai 2 persen. Jika itu benar terjadi, ekonomi Indonesia dipastikan sudah masuk dalam jurang resesi, karena kuartal II sudah negatif 5,32 persen.
Dengan pergeseran yang belum solid ini dirinya memperkirakan keseluruhan tahun ekonomi untuk 2020 pada kisaran minus 1,1 sampai dengan 0,2 persen.
Meski memperkirakan tumbuh negatif, Sri Mulyani akan tetap mendorong kinerja konsumsi dan investasi, demi menyelamatkan ekonomi dari kejatuhan yang lebih dalam lagi.
"Kunci utama konsumsi dan invetasi, kalau tetap negatif meski pemerintah sudah all out maka akan sulit masuk netral di tahun ini," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
BRI Gelar Satukan Langkah untuk Sumatra, Beri Bantuan Rp50 M untuk Percepat Pemulihan Bencana
-
Harga Emas Antam Akhirnya Kembali Tembus 2,5 Juta Per Gram
-
Saham SUPA Keok di Tengah Kinerja Positif Cetak Laba Rp122 Miliar
-
Batavia Prosperindo Lewat RFI Kucurkan Rp200 Miliar Transformasi Mal di Batam
-
Update Harga BBM Pertamina, Shell dan Vivo Jelang Natal dan Tahun Baru 2026
-
Aset Tanah Ade Kuswara Kunang Tersebar dari Bekasi, Cianjur Hingga Karawang
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files