Suara.com - Harga minyak mentah naik lebih dari 2 persen didukung gangguan pasokan akibat badai di Amerika. Meski demikian, kekhawatiran permintaan masih membayangi ketika industri energi memperkirakan pemulihan pandemi yang lebih lambat dari ekspektasi.
Mengutip CNBC, Rabu (16/9/2020) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat 92 sen, atau 2,3 persen menjadi 40,53 dolar AS per barel.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), meningkat 1,02 dolar AS atau 2,7 persen, menjadi 38,28 dolar AS per barel.
Minyak berjangka menguat menjelang pendaratan Badai Sally di Pantai Teluk AS. Lebih dari seperempat produksi minyak dan gas lepas pantai Amerika dihentikan dan pelabuhan ekspor utama ditutup karena lintasan badai bergeser ke timur menuju Alabama barat, menyisakan beberapa kilang di Pantai Teluk dari angin kencang.
"Peristiwa cuaca buruk di AS menyebabkan beberapa ketidakpastian tentang produksi minyaknya dan itu selalu menjadi kabar baik bagi harga," kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak Rystad Energy.
Prospek permintaan minyak tetap lemah, membatasi kenaikan harga.
Badan Energi Internasional (IEA) memangkas prospek 2020 sebesar 200.000 barel per hari menjadi 91,7 juta barel per hari, mengutip kehati-hatian tentang laju pemulihan ekonomi.
"Kami memperkirakan pemulihan permintaan minyak melambat secara nyata pada semester kedua 2020, dengan sebagian besar keuntungan mudah telah dicapai," kata IEA dalam laporan bulanannya.
Lembaga itu mengatakan stok minyak komersial di negara maju mencapai level tertinggi sepanjang masa 3,22 miliar barel pada Juli, dan memangkas perkiraan bagi penarikan stok tersirat untuk paruh kedua tahun ini.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Kembali Ambles Imbas Kekhawatiran Kondisi Ekonomi
Revisi permintaan IEA sejalan dengan perkiraan dari produsen dan pedagang industri minyak utama. OPEC menurunkan ekspektasi permintaan minyaknya dan BP mengatakan permintaan mungkin mencapai puncaknya pada 2019.
Permintaan minyak dunia akan turun 9,46 juta barel per hari tahun ini, tutur Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dalam laporan bulanannya pada Senin, lebih dari penyusutan 9,06 juta barel per hari yang diprediksi OPEC sebulan lalu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Menkeu Purbaya Janji Hentikan Sisa Anggaran Menumpuk di Akhir Tahun
-
Bos SMGR Akui Persaingan Industri Semen RI Makin Ketat
-
Pertamina Mau Gabung 3 Anak Usaha, DPR: Sesuai Keinginan Danantara
-
Rusun Jadi Fokus Solusi Pemukiman yang Semakin Mahal di Jakarta
-
Tidak Gratis, Pindahkan Rp 200 Triliun ke 5 Bank Menkeu Purbaya Minta Bunga Segini!
-
BNI Sambut Penempatan Dana Pemerintah, Tapi Minta Beberapa Penjelasan
-
5 Perumahan di Bekasi Utara Cocok untuk Milenial, Harga Mulai Rp 300 Jutaan
-
Rp 70 Miliar Milik Nasabah Hilang Karena Dibobol? Ini Kata BCA
-
Pengamat: Reshuffle Prabowo Lebih Bernuansa Politis Ketimbang Respons Tuntutan Publik
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group