Suara.com - Harga emas bergerak lebih rendah dari level tertingginya karena menguatnya dolar AS, meski harapan untuk sikap kebijakan moneter yang dovish dari The Fed membatasi pelemahan logam safe-haven itu.
Mengutip CNBC, Rabu (16/9/2020) harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi 1.955,21 dolar AS per ounce setelah sebelumnya melesat ke level tertinggi sejak 2 September di 1.971,71 dolar AS per ounce.
Sedangkan emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,1 persen menjadi 1.966,20 dolar AS per ounce.
"Dolar memantul dari posisi terendah dan kita melihat beberapa aksi jual emas, tetapi ini bersifat sementara, komentar dovish dari pertemuan Federal Reserve dan penjelasan lebih lanjut tentang target inflasi baru mereka dapat mendorong emas di atas 2.000, dolar AS" kata Bob Haberkorn, analis RJO Futures.
Indeks Dolar (Indeks DXY) naik terhadap sekeranjang saingannya, membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Ada lebih banyak optimisme karena investor berpikir bahwa suku bunga yang rendah bisa berlanjut selama tiga tahun lebih ke depan, itu sangat bullish untuk emas," kata Michael Matousek, Kepala Trader US Global Investors.
Sementara itu, sekelompok anggota Demokrat dan Republik dari Kongres Amerika memperkenalkan undang-undang bantuan virus corona bipartisan senilai 1,5 triliun dolar AS, yang mereka harapkan bisa memecahkan kebuntuan.
Stimulus moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya dan lingkungan suku bunga rendah menyebabkan emas melambung 29 persen sejauh tahun ini, karena dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Logam lainnya, perak naik 0,2 persen menjadi 27,20 dolar AS per ounce, sementara paladium meroket 3,8 persen menjadi 2.400,25 dolar AS per ounce, setelah mencapai level tertingginya sejak 31 Maret di 2.419,19 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 1.037.000 per Gram di PSBB Hari Kedua
Platinum melesat 1,7 persen menjadi 970,47 dolar AS per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 11 Agustus di posisi 973,98 dolar AS per ounce.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Menkeu Purbaya Janji Hentikan Sisa Anggaran Menumpuk di Akhir Tahun
-
Bos SMGR Akui Persaingan Industri Semen RI Makin Ketat
-
Pertamina Mau Gabung 3 Anak Usaha, DPR: Sesuai Keinginan Danantara
-
Rusun Jadi Fokus Solusi Pemukiman yang Semakin Mahal di Jakarta
-
Tidak Gratis, Pindahkan Rp 200 Triliun ke 5 Bank Menkeu Purbaya Minta Bunga Segini!
-
BNI Sambut Penempatan Dana Pemerintah, Tapi Minta Beberapa Penjelasan
-
5 Perumahan di Bekasi Utara Cocok untuk Milenial, Harga Mulai Rp 300 Jutaan
-
Rp 70 Miliar Milik Nasabah Hilang Karena Dibobol? Ini Kata BCA
-
Pengamat: Reshuffle Prabowo Lebih Bernuansa Politis Ketimbang Respons Tuntutan Publik
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group