Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus berupaya menjaga kualitas aset perusahaan di tengah berlangungnya masa pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sejauh ini, manajemen risiko dan pengelolaan aset yang dilakukan BRI secara prudent telah berdampak positif pada kinerja perusahaan, dengan terjaganya indikator-indikator penting hingga kuartal III/2020.
Efektivitas pengelolaan risiko BRI tercermin dari rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perusahaan yang terjaga hingga September 2020. Per kuartal III tahun ini NPL BRI ada di angka 3,12 persen, lebih rendah dari rasio NPL industri perbankan di Indonesia sebesar 3,15 persen di periode yang sama.
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan, rasio kredit bermasalah di BRI terjaga karena perusahaan memiliki cara menangani potensi-potensi masalah yang sesuai dan tepat guna di kondisi saat ini. Di antaranya, BRI mampu mengoptimalkan sejumlah program pemerintah seperti subsidi bunga dan restrukturisasi kredit.
“BRI telah secara masif melakukan restrukturisasi pinjaman para debitur yang terdampak Covid-19. Hingga 30 September lalu, sudah ada Rp193,7 triliun restrukturisasi pinjaman yang diberikan BRI kepada 2,98 juta debitur. Kami menargetkan pemberian restrukturisasi kredit bisa mencapai Rp 200 triliun hingga akhir tahun ini demi mendongkrak kemampuan dan daya tahan para debitur UMKM,” ujar Agus.
Dengan nilai tersebut, rasio kredit yang sudah direstrukturisasi BRI mencapai 20,70 persen dari total portofolio perusahaan. Sebanyak 87 persen lebih restrukturisasi diberikan kepada debitur segmen UMKM. Per kuartal III/2020, secara konsolidasian BRI telah menyalurkan kredit Rp935,35 triliun atau tumbuh 4,86 persen secara tahunan (year-on-year).
Pada periode yang sama, BRI sudah menyalurkan subsidi bunga kredit terhadap 6,5 juta debitur UMKM. Nilai subsidi bunga yang sudah disalurkan per 27 Oktober 2020 mencapai Rp3,83 triliun. Subsidi yang diberikan berkisar antara 3 persen hingga 6 persen bagi para debitur, tergantung jumlah kredit yang dimiliki masing-masing nasabah.
“Melalui restrukturisasi masif dan subsidi bunga bagi debitur UMKM, BRI bisa menjaga kualitas portofolio sehingga rasio NPL kami terjaga di bawah rata-rata industri. Terjaganya kondisi perusahaan juga didukung penjaminan kredit modal kerja (KMK) UMKM yang sudah diberikan terhadap 9.483 debitur senilai Rp5,8 triliun. Relaksasi-relaksasi tersebut kami harap bisa memperkuat kondisi debitur sehingga mereka dapat segera bangkit,” tuturnya.
Perhatian besar dan upaya BRI menyalurkan stimulus secara masif terhadap debitur UMKM tidak terlepas dari fakta pentingnya peran mereka terhadap bisnis perusahaan. Hingga September 2020, komposisi kredit UMKM BRI dibanding total portofolio mencapai 80,65 persen.
“Kami tidak khawatir dengan penyaluran besar-besaran stimulus bagi debitur UMKM, karena bagi kami keberlangsungan usaha mereka harus dijaga demi lekas membaiknya kondisi perekonomian Indonesia. BRI yakin, UMKM dapat segera bangkit dan berkembang sejak kenormalan baru makin masif dilakukan di Indonesia,” tutup Agus
Baca Juga: Tingkatkan Ekspor Indonesia, Ini Upaya BRI Dukung Pemerintah
Berita Terkait
-
Tingkatkan Ekspor Indonesia, Ini Upaya BRI Dukung Pemerintah
-
BRI Dorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Desa di Tengah Pandemi
-
Tingkatkan Kesadaran Investasi, BRI Gelar Semarak Literasi Keuangan
-
Bank BRI Perkenalkan BRIBrain dalam IIAIS 2020
-
Tingkatkan Soliditas Pasar Keuangan, BRI Gelar Virtual Gathering
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak