Suara.com - "An Investment in Knowledge Pays The Best Interest" (Benjamin Franklin, 1758).
Kalimat ini menjadi motivasi bagi Rofikoh Rokhim untuk meraih kesempatan belajar setinggi-tingginya. Setelah tamat pendidikan doktor dari Universite de Paris 1 Pantehon-Sorbonne, Paris, Prancis, dia pun masih terus belajar mengambil kelas-kelas di MIT, Harvard, Stanford, Wharton, Chicago, LSE, Oxford, INSEAD dan lainnya.
Ia menyadari pentingnya pendidikan bagi perkembangan peradaban umat manusia. Rofikoh memutuskan mengabdikan dirinya menjadi seorang pendidik hingga saat ini mengemban tugas menjadi Guru Besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.
Tentu saja pencapaian ini tidak diraih dengan cara yang mudah. Rofikoh kecil lahir dari keluarga sederhana di kota kecil, Klaten, Jawa Tengah. Kurangnya akses pendidikan di daerah tidak membuat dia menyerah.
Determinasi yang begitu tinggi menjadikan dia mampu meraih pendidikan yang terbaik kendati dalam keterbatasan sumber daya dan akses, karena dia sadar betul bahwa dengan pendidikan, seseorang akan bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Berangkat dari pengalaman itu, akhirnya Rofikoh menyadari bahwa akses pada pendidikan berkualitas adalah kunci penting dan harus menjadi hak setiap orang. Konsep dasar ini pula lah yang dia bawa saat mengembangkan aplikasi pendidikan bernama "DIDIQ".
Dengan mengusung konsep bimbingan belajar, DIDIQ ingin mengambil sudut berbeda dari kebanyakan edutech yang selama ini sudah ramai mengisi pasar aplikasi pendidikan.
Kekuatan DIDIQ adalah menyediakan platform interaksi dua arah antara guru dan siswa dimanapun mereka berada, di seluruh Indonesia. Kapan pun mereka memerlukan bantuan dalam pelajaran, akses ke guru berkualitas sangat mudah dilakukan.
Hanya dengan membuka aplikasi dan mengunggah pertanyaan, seketika sistem akan menghubungkan siswa dengan guru yang siap membantu secara daring. Harapannya, siswa di pelosok daerah bisa punya kemewahan yang sama untuk bisa belajar dari guru berkualitas.
Baca Juga: Dirut BRI Sunarso Dinobatkan sebagai Best CEO of The Year
Poin penting yang ingin dicapai adalah pemerataan kualitas pendidikan dengan menggunakan teknologi. Uniknya, sistem yang dijalankan pada aplikasi DIDIQ adalah sharing economy yang berbasiskan social enterprise.
Artinya, sebagian besar dari biaya yang dibayarkan oleh siswa akan dibagikan kepada guru yang bersedia membantu. Dengan harga yang begitu terjangkau hanya dengan Rp 5 ribuper satu pertanyaan, DIDIQ juga ingin berperan dalam membantu siswa yang kurang mampu namun memiliki tekad yang kuat untuk belajar.
Di saat yang sama, platform ini tidak hanya memberikan wadah untuk pengabdian guru, namun juga memberikan manfaat finansial untuk turut meningkatkan kesejahteraan guru. Selain itu, dari dana operasional akan disisihkan untuk mengurangi kesenjangan antara kota besar dan kota kecil, sehingga akan dikelola untuk diberikan subdisi kepada guru dan siswa di daerah pedalaman
yang kurang mampu membeli peralatan dan pulsa, pelatihan guru untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman, serta akan dibentuk menjadi dana beasiswa untuk membantu putra-putri Indonesiabdapat memperoleh akses ke universitas terbaik di dunia.
Bagi siswa ataupun guru yang ingin bergabung dalam aplikasi DIDIQ dapat mengunjungi situs https://www.didig.id dan akan segera tersedia di Google Play Store. Saat ini Guru yang bergabung telah mencapai 4.800 orang dari 2.700 institusi sekolah di seluruh Indonesia.
"Sebanyak 70 persen guru yang telah bergabung berasal dari kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Semoga kelak juga ada guru pendamping khusus yang mendaftar untuk membimbing belajar anak berkebutuhan khusus," tambah Rofikoh.
Dengan peluncuran aplikasi ini, Rofikoh berharap, kemudahan ini dapat dirasakan oleh semua kalangan, dari siswa, guru, hingga orang tua yang di saat pandemi seperti ini harus berpikir ekstra keras mendampingi putra-putri mereka dalam belajar. Namun Rofikoh merasa jal-hal telah dibangun dengan Siswa SMK Jurusan Komputer ini masih sangat sederhana, sehingga ke depan mengundang ahli-ahli IT tingkat Sarjana maupun Master yang memiliki jiwa sosial untuk mendidik lulusan SMK guna dikembangkan menjadi SDM unggul untuk Indonesia Maju.
"Impian besarnya adalah selain platform tanya jawab bimbingan belajar. Nantinya guru akan memiliki jalur dan jenjang kariernya sendiri di aplikasi DIDIQ dan memproduksi konten yang bisa dibagikan kepada siswa ataupun sesama guru, mengajar kelas daring secara langsung dan interaktif, hingga membuka sesi pengajaran secara luring, yang bisa diikuti secara instan oleh semua siswa yang berada di radius lokasi guru. Semua yang dihasilkan guru di aplikasi ini, baik jasa maupun produk pengajaran, semuanya akan menjadi milik guru," katanya.
Aplikasi DIDIQ memungkinkan adanya training for trainer untuk para guru yang merasa kesulitan dalam proses pengajaran dan membutuhkan bantuan Guru lain yang lebih berpengalaman. Bahkan nantinya melalui aplikasi ini, setiap guru akan bisa membangun dan mendesain 'sekolah' mereka sendiri.
"Kelak DIDIQ dapat juga dikembangkan untuk tingkatan Universitas yang memiliki berbagai macam program studi," jelas Rofikoh.
Kelebihan lain dari aplikasi ini adalah pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan dengan digitalisasi bahan ajar sehingga materi tersebut dapat digunakan kembali dan memiliki nilai lebih, yaitu kesinambungan pembelajaran dan akses yang tidak terbatas oleh waktu dan jumlah halaman buku.
Bangkitkan Semangat. Wujudkan Merdeka Belajar Setiap Orang Menjadi Guru, Setiap Rumah Menjadi Sekolah (Ki Hadjar Dewantara 1889-1959).
Berita Terkait
-
Guru Honorer Dapat Subsidi Gaji Sebesar Rp 1,8 Juta
-
Megawati Sarankan Nadiem Makarim Masukkan Buku-buku Soekarno di Kurikulum
-
Dirut BRI Sunarso Dinobatkan sebagai Best CEO of The Year
-
Soal Belajar Tatap Muka, Walkot Tangerang: Jangan Sampai Bahayain Anak-anak
-
Disdik Medan Tunggu SKB 4 Menteri untuk Pembelajaran Tatap Muka
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sinyal Kuat Menkeu Baru, Purbaya Janji Tak Akan Ada Pemotongan Anggaran Saat Ini
-
Lampung Jadi Pusat Energi Bersih? Siap-Siap Gelombang Investasi & Lapangan Kerja Baru
-
Dirut Baru Siap Bawa Smesco ke Masa Kejayaan
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Di Tengah Badai Global, Pasar Obligasi Pemerintah dan Korporasi Masih jadi Buruan
-
Telkomsel, Nuon, dan Bango Kolaborasi Hadirkan Akses Microsoft PC Game Pass dengan Harga Seru
-
Sosok Sara Ferrer Olivella: Resmi Jabat Kepala Perwakilan UNDP Indonesia
-
Wamen BUMN: Nilai Ekonomi Digital RI Capai 109 Miliar Dolar AS, Tapi Banyak Ancaman
-
Netmonk dari PT Telkom Indonesia Berikan Layanan Monitoring Jaringan Mandiri
-
Tantangan Berat Tak Goyahkan PGAS: Catat Laba Bersih Rp2,3 Triliun di Tengah Gejolak Global