Suara.com - Terus menjaring peluang. Itulah yang selalu mendorong langkah Asep Supriyatna (55) mengembangkan usaha furniture dan dekorasi rumah pada 1996 silam.
Kini, hampir 24 tahun kemudian, bisnis home décor and craft dibawah bendera CV Maras ini bertekad menangkap peluang yanglebih luas di pasar internasional dan menggarap potensi lokal.
Asep merupakan pendiri sekaligus pemilik CV Maras, eksportirfurniture dan dekorasi rumah yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat. Usaha ini bermula ketika Asep, yang saat itu masih bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan trading, mendapat pesanan satu model meja kursi dari pembeli di Belanda.
“Permintaan suplai mebel itu saya ajukan ke manajemen,karena bukan lini produk yang dipasarkan kantor jadi diarahkan untuk diserahkan ke tempat lain. Nah, peluang ini saya tangkap. Lalu saya berkenalan dengan beberapa supplier dan produsen,membuat sampel dan setelah itu buyer dari Belanda itu menjadi partner bisnis saya,” tutur Asep.
Selama dua tahun, usaha mebel milik Asep berjalan secara informal, baru pada 1998 dia memberanikan diri untuk mendirikan CV. Nama Maras yang disematkan pada bendera usahanya, merupakan singkatan dari Marten dan Asep.
“Marten itu nama buyer yang dulu memesan meja kursi di tahun 1996, dan jadi partner bisnis saya yang pertama. Saya kemudian fokus mengembangkan usaha di bidang mebel dan berorientasi ekspor,” jelas Asep.
Produk furniture yang dipasarkan Asep menggunakan bahanbaku lokal, dengan sumber pasokan dari sentra-sentra industri mebel dan kerajinan di Tanah Air seperti Cirebon, Jepara, Solo, Yogyakarta hingga Bali. Kualitas dan keunikan desain yang sesuai pasar ekspor menjadi kunci keunggulan produk, selain proses produksi yang dibuat dengan cara handmade.
Dalam perjalanannya, pada 2005, bisnis ekspor furniture CV Maras terus berkembang dan mendapatkan partner baru dari Jerman dan Prancis, selain negeri Kincir Angin. Apabila dulu hanya memiliki 5 orang karyawan, saat ini jumlah pekerja Aseptelah bertambah menjadi 80 karyawan tidak tetap dan 5 karyawan tetap.
Asep mengaku lebih fokus ke pasar ekspor mengingat dari sisi kuantitas lebih mass production dan aspek pembayaran yang aman.
Baca Juga: BRI Data Hackathon 2021 Dorong Transformasi Digital dan Literasi Data
“Kalau lokal biasanya ritel dan payment-nya kredit. Kalauekspor volumenya juga lebih besar dan pembayarannya lebihaman, ada LC atau transfer,” tambahnya. Hal ini sejalan denganVisi dan Misi CV Maras sendiri yakni mengembangkan pasarekspor untuk produk-produk labor intensif buatan Indonesia, 100 persen lokal content.
Hingga saat ini, produk furniture rotan dan kayu CV Maras telah di ekspor ke sejumlah negara mulai dari Tunisia, Jerman, Belanda, Prancis, Australia hingga Srilanka. Secara volume, Asep mampu mencatat penjualan sekitar 15 kontainer per bulan.
Tahun ini ketika pandemi Covid-19 merebak, Asep mengakui dampaknya tidak terlalu besar terhadap permintaan ekspor furniture. Dia masih mampu membukukan penjualan sekitar 5-7 kontainer sebulan. Terkoreksi sekitar 30 persen-40 persen.
“Alhamdullilah tidak terlalu besar [efek pandemi]. Kami tidak ada pengurangan pekerja. Untuk produk outdoor dan dekorasi rumah malah booming, karena selama lockdown atau workfrom home, konsumen lebih banyak di rumah, dan mendekorasi rumah.”
Selain melebarkan sayap di pasar ekspor, CV Maras berencana memperkenalkan produk di pasar lokal pada 2021, melalui strategi penjualan daring melalui market place. Setidaknya 10 model produk tengah dikembangkan khusus untuk pasar lokal.
“Pasar lokal kami lihat ada peluang, termasuk produk pet furniture permintaannya mulai ada. Untuk pasar lokal konsepnya minimalis modern, packing yang ringan, menyasar keluarga muda,” imbuh Asep.
Berita Terkait
-
Cek Penerima Bantuan UMKM Rp 2,4 Juta, Begini Caranya
-
Sahabat Tuli Patahkan Stigma Disabilitas dengan Meraih Peluang Wirausaha
-
Jokowi: Produk UMKM Indonesia Harus Jadi Tuan Rumah di Negara Sendiri
-
Anak di Cilegon Bikin Surat Kematian Palsu Ayah untuk Gasak Duit di Bank
-
Dear Pelaku UMKM, Ussy Sulistiawaty Bisa Endorse Gratis di Tengah Pandemi
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
Terkini
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran