Suara.com - Presiden Jokowi menginginkan adanya standarisasi dari sebuah produk masker yang digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona atau Covid-19.
"Pak Presiden ingin ada standarisasi bikin masker yang digunakan masyarakat untuk memenuhi standar kesehatan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (3/2/2021).
Tujuan utama dari standarisasi masker ini untuk memperkecil penularan virus corona dan juga tentunya melindungi masyarakat itu sendiri.
"Sehingga tentu akan juga efektif digunakan untuk menangkal Covid-19," katanya.
Sebelumnya, Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19, Mariya Mubarika mengungkapkan bahwa peredaran masker medis palsu menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan banyak tenaga kesehatan di Indonesia terpapar COVID-19.
Mariya Mubarika mengatakan bahwa dalam pemantauan Satgas, ada beberapa kasus penularan di kalangan tenaga kesehatan yang diakibatkan oleh pemakaian masker yang tidak sesuai standar.
"Sekarang banyak ditemukan masker tanpa lapisan antivirus, jadi masker palsu yang sulit sekali tenaga medis untuk membuktikannya ini asli atau tidak," kata dr Mariya dalam jumpa pers virtual dari Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Selain masker palsu, faktor lain yang menyebabkan nakes terpapar antara lain; kelelahan atau burnout, tertular di rumah atau lingkungan sosial, dan imunitas yang rendah.
"25 persen data global tenaga medis banyak tertular dari lingkungan sosial dan keluarganya, jadi banyak faktor," ucapnya.
Baca Juga: Tidak Pakai Masker, 1 Pegawai Rumah Makan Pak Tjomot Gowa Reaktif Covid-19
Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan itu juga menyebut kebanyakan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 justru berasal klinik atau poli, bukan dari ICU atau ruang Isolasi Covid-19 yang memiliki aturan Alat Pelindung Diri yang ketat.
"Sekarang baik di Indonesia maupun di berbagai negara yang melaporkan itu memang lebih banyak di UGD kemudian di poli, jadi bukan di kasus yang terjadi ICU atau Isolasi itu malah sedikit, jadi diduga pasien asymptomatic (OTG) yang menularkan dokternya," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Daftar Saham Cum Dividen Mulai Hari Ini Hingga Kamis: Jadwal dan Nominal
-
Neo Pinjam: Bunga, Biaya Admin, Syarat, Tenor, Kelebihan dan Kekurangan
-
Sertifikat Tanah Ganda Paling Banyak Keluaran 1961 Hingga 1997, Apa Solusinya?
-
Optimalkan Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi serta Penjualan
-
Kasus Sertifikat Tanah Ganda Merajalela, Menteri Nusron Ungkap Penyebabnya
-
3 Altcoin Diprediksi Bakal Meroket Pasca Penguatan Harga Bitcoin US$ 105.000
-
MEDC Mau Ekspor Listrik ke Singapura
-
BRI Peduli Salurkan 637 Ambulans Lewat Program TJSL
-
Tidak Semua Honorer, Hanya Tiga Kriteria Ini Berhak Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu
-
Prediksi Harga Emas Pekan Depan: Was-was RUU Trump, Emas Lokal Bakal Ikut Melemah?