Suara.com - Harga emas dunia makin merosot ke level terendahnya karena tertekan penguatan dolar dan imbal hasil Obligasi AS setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan tidak ada langkah segera untuk mengatasi lonjakan imbal hasil obligasi.
Mengutip CNBC, Jumat (5/3/2021) harga emas di pasar spot turun 0,9 persen menjadi 1.695,26 dolar AS per ounce, jatuh di bawah level 1.700 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Juni 2020.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,9 persen menjadi 1.700,7 dolar AS per ounce.
"Harga emas sekali lagi berada di bawah tekanan karena imbal hasil riil melonjak menyusul kekecewaan pasar atas komentar Chairman The Fed Powell," kata analis Standard Chartered, Suki Cooper.
Kenaikan imbal hasil US Treasury baru-baru ini mengikis daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi karena meningkatkan opportunity cost untuk memegang logam kuning yang tidak memberikan bunga.
Sementara itu, Indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi sejak Desember 2020.
Emas kemungkinan akan bergerak lebih rendah dari sini, kata Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, Chicago.
"Likuidasi ETF juga masih sangat kuat. Kita mendapati terlalu banyak orang yang membelinya pada level yang lebih tinggi ini. Mereka pada akhirnya akan menyerah begitu saja," ucap Streible.
Kepemilikan ETF emas terbesar di dunia, SPDR Gold Trust, turun ke level terendah sejak Mei 2020 pada sesi Rabu.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Turun Lagi, Cetak Rekor Terburuk Dalam Sembilan Bulan
Logam lainnya, perak anjlok 3,2 persen menjadi 25,24 dolar AS per ounce, sementara paladium turun 0,3 persen menjadi 2.346,19 dolar AS per ounce, dan platinum merosot 3,7 persen menjadi 1.123,49 dolar AS per ounce.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen