Suara.com - Budidaya udang kini menjadi salah satu peluang bisnis yang kian menjanjikan. Namun, serangan wabah penyakit termasuk Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) dan Early Mortality Syndrome (EMS) telah menjadi momok menakutkan bagi petambak udang di seluruh dunia sejak lebih dari satu dekade lalu.
eFishery melalui salah satu unit bisnisnya, eFisheryFarm menjawab kegelisahan tersebut dengan menghadirkan Disease Prevention System (DPS), layanan yang memberikan protokol pencegahan wabah penyakit pada tambak udang dan memberikan solusi pengaturan kualitas air yang efektif dan ramah lingkungan dengan berbasis teknologi.
Gibran Huzaifah, CEO dan Co-founder eFishery mengatakan, “Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi pengekspor udang terbesar nomor satu di dunia dan memastikan ekspor udang naik hingga 250% pada tahun 2024 mendatang. Untuk mencapai target tersebut, kapasitas produksi perlu ditingkatkan, salah satunya dengan mengatasi salah satu hambatan terbesar dalam budidaya udang, yaitu wabah penyakit.”
EMS yang menyebabkan kematian pada benih udang dapat disebabkan oleh bakteri dari marga Vibrio, sehingga dikenal dengan istilah Vibriosis.
Keluarga bakteri Vibrio sendiri dapat ditemukan di hatchery seperti pada post larva benur, air bak benur dan induk, serta pakan alami. Sedangkan pada tambak, bakteri tersebut dapat ditemukan pada air tambak yang tercemar dan pada sedimen (lumpur).
Menurut Gibran, DPS yang dihadirkan oleh eFishery ini menjadi solusi yang tepat untuk mencegah terjadinya berbagai wabah penyakit. Salah satu komponen dalam DPS adalah disinfektan ramah lingkungan yang telah terbukti dengan cepat membunuh bakteri dan menghilangkan berbagai patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada udang seperti yellow head virus, white spot syndrome virus (WSSV), dan Vibrio parahaemolyticus penyebab AHPND.
Gibran menambahkan, sebagai bagian dari layanan DPS, teknisi eFishery akan melakukan pengecekan atau assessment tahap awal dengan output berupa biosecurity scoring untuk menentukan tingkat kerentanan tambak terhadap serangan penyakit. Kemudian tim eFishery juga akan melakukan pengecekan dan analisis kualitas air tambak secara rutin serta memberikan laporan dan rekomendasi penanganan air. Selain itu, teknisi juga akan memberikan rekomendasi pemberian dosis disinfektan serta protokol dan konsultasi secara gratis apabila tambak terserang wabah, sehingga para petambak dapat berbudidaya dengan aman tanpa khawatir tambaknya terserang penyakit.
Hal tersebut telah dibuktikan oleh Bobby, Petambak Udang dari Kelompok Tani Blue Vaname. Ia menuturkan bahwa sempat terjadi pandemi kematian dini di tempat tambaknya beroperasi di Subang.
"Selain kematian dini, di tambak saya selalu terjadi blooming plankton ketika memasuki DOC di atas 50 dan terjadi kematian ngapas yang diduga disebabkan oleh Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) di DOC 70 sampai panen," ujarnya.
Baca Juga: Tidak Terlihat di Alam Liar, Spesies Baru Udang Ditemukan di Akuarium
Bobby dan petambak lainnya dari Kelompok Tani Blue Vaname kemudian memutuskan untuk mencoba produk DPS dari eFishery. "Hasilnya, budidaya udang saya terhindar dari kematian dini, tidak terjadi blooming plankton, dan ketika terjadi kematian di DOC 70 dapat langsung dihentikan dengan melakukan outbreak protocol dari program DPS," jelas Bobby.
Bobby menambahkan, “Jika tambak terserang wabah hingga mengakibatkan gagal panen, kerugian yang harus kita tanggung dapat mencapai 25 persen dari total modal awal. Jadi penggunaan DPS ini merupakan investasi yang baik, karena dengan harga yang cukup terjangkau tambak kita terhindar dari serangan wabah penyakit sehingga kita merasa tenang dalam berbudidaya udang.”
Selain terhindar dari wabah penyakit, ia juga merasakan langsung berbagai keuntungan dari produk DPS tersebut, diantaranya peningkatan rata-rata pendapatan hingga 111,27% per meter persegi, penurunan rata-rata FCR sebesar 0,23%, serta peningkatan rata-rata produktivitas sebesar 0,12 kg/m2.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak