Suara.com - Minyak mentah ditutup lebih rendah dari level tertingginya di tengah kekhawatiran bahwa India importir minyak terbesar ketiga dunia memberlakukan pembatasan karena infeksi virus corona dan kematian melonjak ke rekor tertinggi.
Mengutip CNBC, Rabu (21/4/2021) harga minyak terus meningkat tahun ini karena antisipasi bahwa permintaan akan pulih, tetapi kendati Amerika Serikat dan China sedang rebound, banyak negara lain tidak mengalaminya.
"Kecuali kemajuan besar terlihat di luar negara industri utama seperti Amerika, faktor pandemi dapat memerlukan beberapa penyesuaian penurunan ekspektasi permintaan minyak global untuk tahun ini," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
India, negara terpadat kedua di dunia dan saat ini paling terpukul oleh Covid-19, melaporkan jumlah kematian harian terburuk, dengan sebagian besar negara itu sekarang dikunci di tengah gelombang penularan kedua yang meningkat cepat.
Perdana Menteri India Narendra Modi mendesak warganya untuk mengambil tindakan pencegahan untuk menghentikan penyebaran Covid-19, tetapi tidak memberlakukan penguncian.
Pembatasan terus menghambat aktivitas perjalanan di seluruh dunia. Hong Kong akan menangguhkan penerbangan dari India, Pakistan, dan Filipina mulai 20 April selama dua minggu.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 48 sen, atau 0,7 persen, menjadi 66,57 dolar AS per barel. Selama sesi itu, Brent mencapai level tertinggi sejak 18 Maret di 68,08 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) anjlok 94 sen, atau 1,5 persen menjadi 62,44 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah reli di awal sesi setelah Libya mengumumkan kondisi force majeure pada ekspor dari pelabuhan Hariga dan mengatakan pihaknya dapat memperluas tindakan tersebut ke fasilitas lain, dengan alasan sengketa anggaran.
Baca Juga: 6 Gejala Umum Varian Baru Virus Corona India, Salah Satunya Sesak Napas!
Hariga dijadwalkan memuat sekitar 180.000 barel per hari (bph) pada April. Produksi Libya terpukul tahun lalu setelah pasukan yang berbasis di timur dalam perang saudara negara itu memblokade terminal minyak.
Secara keseluruhan, harga minyak pulih dari posisi terendah bersejarah tahun lalu didorong oleh permulaan pandemi, dibantu beberapa pemulihan permintaan dan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Harga Perak Mulai 'Dingin' Setelah Penguatan Berturut-turut
-
Perbaikan Jalan Tol Cipularang dan Padaleunyi Diperpanjang Sepekan, Cek Rutenya
-
YES 2025: Ajak Anak Muda Berani Memulai Usaha, Waktu Menjadi Modal Utama
-
YES 2025: Berbagi Tips Investasi Bagi Generasi Muda Termasuk Sandwich Generation
-
Youth Economic Summit 2025 : Pentingnya Manfaat Dana Darurat untuk Generasi Muda
-
Kapan Bansos BPNT Cair? Penyaluran Tahap Akhir Bulan November 2025, Ini Cara Ceknya
-
Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia
-
Apa Itu Opsen Pajak? Begini Perhitungannya
-
Suara Penumpang Menentukan: Ajang Perdana Penghargaan untuk Operator Bus Tanah Air
-
Youth Economic Summit 2025: Peluang Industri Manufaktur Bisa Jadi Penggerak Motor Ekonomi Indonesia