Suara.com - Dalam laporan terbaru International Monetery Fund (IMF) pada Juli 2021 memperlihatkan bahwa ekonomi Indonesia diproyeksikan akan menurun ke level 3,9 persen.
Mengutip laporan tersebut, Rabu (28/7/2021) IMF menggarisbawahi bahwa kenaikan kasus harian Covid-19 sejak akhir bulan Juni lalu membuat kondisi ekonomi Indonesia kian melemah.
"Kasus Covid-19 mencapai rekor tertinggi sepanjang pandemi, yaitu di atas 50 ribu orang per hari. Begitu juga dengan kematian yang kemarin di atas 2000 per hari," sebut laporan tersebut ditulis Rabu (28/7/2021).
Akibat kasus positif yang tinggi tersebut, pemerintah Indonesia melakukan pembatasan aktivitas masyarakat lewat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM hingga 2 Agustus 2021 mendatang.
Dampak negatifnya adalah tertahannya laju pemulihan ekonomi nasional. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun ke 3,9 persen dari proyeksi sebelumnya 4,3 persen.
IMF mengelompokkan Indonesia ke dalam grup ASEAN-5 bersama dengan Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Untuk grup ini, IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 menjadi 4,3 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,9 persen.
Kabar baiknya, IMF mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022. IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sebesar 5,9 persen yoy, atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 5,8 persen yoy.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan penurunan proyeksi ekonomi tersebut tak bisa dihindari.
Febrio mengungkapkan gelombang kedua pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak akhir Juni 2021 cukup membuat kondisi ekonomi sedikit goyah akibat pembatasan mobilitas masyarakat yang dilakukan pemerintah.
Baca Juga: Pemerintah Berikan Relaksasi Penundaan Pembayaran Cukai
"Pandemi Covid-19 memberikan ketidakpastian yang sangat tinggi terhadap ekonomi. Kita perlu sangat hati-hati dan terus menjaga disiplin pada protokol kesehatan. Kita juga belajar bahwa akselerasi vaksinasi menjadi salah satu kunci utama pengendalian kasus,” ujar Febrio.
Meski begitu kata dia proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari IMF untuk tahun 2021 yang sebesar 3,9 persen masih dalam rentang proyeksi Pemerintah yakni 3,7 sampai dengan 4,5 persen.
Dia juga bilang bahwa tidak hanya Indonesia saja yang mengalami penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini, ada negara lain seperti India (-3,0 persen), Malaysia (-1,8 persen), Filipina (-1,5 persen), Thailand (-0,5 persen).
Febrio menjelaskan tingkat vaksinasi yang relatif rendah di negara berkembang juga dianggap memberikan risiko kerentanan terhadap kesinambungan pemulihan ekonomi ke depan.
"Meskipun outlook ekonomi global masih solid, namun risiko dan ketidakpastian masih sangat tinggi. Kehadiran varian Delta yang sangat menular membayangi upaya pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi di banyak negara," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen