Suara.com - PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) berencana menggelar penawaran saham umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada Kuartal IV tahun ini. Perusahaan sudah menunjuk dua perusahaan sekuritas, yaitu Samuel Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dan BRI Danareksa sebagai penjamin emisi.
Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera, Dr. Robiyanto mengatakan, pihaknya menilai sekarang adalah waktu yang tepat untuk melepas saham ke publik. Terutama melihat dari potensi kenaikan harga CPO menyusul kenaikan kebutuhan minyak nabati dunia.
"Harga komoditas oke, pemerintah melakukan berbagai perbaikan regulasi, perusahaan siap menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Ini menjadi dasar kami menggelar IPO," jelasnya, dalam media briefing Prospek Industri Sawit Indonesia, di Jakarta, Jumat (8/10).
Dari internal perusahaan, ada kebutuhan modal untuk memperkuat kapasitas usaha untuk memanfaatkan peluang bisnis di industri kelapa sawit yang sangat besar. Yaitu menambah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan kegiatan penelitian dan pengembangan.
"Untuk jumlah saham yang akan dilepas masih digodok terus. Kami perkirakan freefloat sekitar 40 persen. Kami membidik kapitalisasi pasar setelah IPO sudah mencapai Rp 4,1 triliun. Dana IPO diperkirakan Rp 1,6 triliun. Harga diperkirakan di sekitar Rp 122 hingga Rp 150 per saham," tambahnya.
Dana hasil IPO akan digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan milik perkebunan, serta lahan petani sawit plasma di sekitar perusahaan. Robiyanto menilai, NSS perlu memperkuat riset dan pengembangan budi daya sawit.
Penelitian diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lahan milik perusahaan juga milik petani rakyat di sekitar perusahaan. NSS berupaya meningkatkan produktivitas sawit nasional tidak hanya di kebun milik sendiri, tetapi juga tanaman petani yang saat ini selisihnya masih sangat jauh di bawah kebun perusahaan.
"Keunggulan NSS adalah umur tanaman masih 7 tahun. Ini artinya lagi produktif dan masa produktifnya masih panjang. Ibaratnya sedang mekar-mekarnya. Kualitas CPO premium, serta lokasi premium karena dekat dengan bandara, pelabuhan dan perkebunan," terangnya.
Mengenai profil perusahaan, dia menjelaskan NSS didirikan pada tahun 2008 dengan lima lokasi perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah. Perusahaan fokus memproduksi Tandan Buah Segar (TBS), Minyak Sawit Mentah (CPO) dan Inti Sawit (PK) dengan standar kualitas tinggi.
Baca Juga: Bioavtur Jadi Solusi Pemerintah Tekan Emisi Karbon Transportasi Udara
Dalam menjalankan bisnis, NSS memiliki kepemimpinan kuat dan manajemen sumber daya manusia yang solid. Dalam mengelola perusahaan, NSS memenuhi sertifikat penerapan program lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) melalui program (ISPO dan RSPO).
NSS juga mendukung dan menerapkan prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs), antara lain mengentaskan kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi hingga upaya untuk ikut menjaga konservasi alam dan lingkungan.
Harga CPO Terus Meroket
Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERHEPI, Prof Bustanul Arifin mengatakan, prospek industri kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia masih besar bahkan pada saat pandemi Covid-19.
Harga minyak sawit mentah tumbuh di luar perkiraan dalam beberapa bulan terakhir. Pada April 2019, harga minyak sawit masih di level Rp 6.750 per kg. sedangkan per 24 September 2021 sudah menyentuh Rp 12.951 per kg. Turunnya kepercayaan terhadap dollar juga memunculkan spekulasi yang memicu naiknya harga minyak sawit mentah.
"Dinamika sawit global masih akan terus terjadi. Indonesia harus lebih siap menjawab tantangan dari pasar Uni Eropa dengan memperkuat diplomasi. Dari dalam negeri, perlu dilakukan perbaikan perencanaan dan tata ruang wilayah dan hilirisasi, termasuk B30 yang sudah menaikkan harga CPO di dalam negeri," paparnya dalam kesempatan yang sama.
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Tahan Air dengan Sertifikat IP, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Aksi BRI Peduli dan Sungai Watch Pulihkan Fungsi Ekologis dan Kelestarian
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Rekomendasi Aplikasi Sekuritas Mirip Stockbit, Biaya Murah dan Terdaftar OJK
-
Siap-siap! Kantor Menkeu Purbaya Bakal Kenakan 'Pajak Gula' Buat Coca-cola Cs
-
Menkeu Purbaya: Saya Tak Suka Banyak Utang!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan dari Bekasi, Gunung Kidul dan Sukadana
-
Menkeu Purbaya Buka Opsi Turunkan PPN, Ditentukan Akhir Tahun
-
Imajinasi Iklim dari Pinggiran: Cerita yang Tak Terdengar di Forum-forum Megah Pemerintah
-
Pemerintah Tarik Utang Hingga Rp 501,5 Triliun, Wamenkeu Ungkap Realisasinya