Suara.com - Rusia kini mempertimbangkan kripto jadi komponen baru cadangan devisa negara menggantikan dolar. Hingga kini, Euro dan rubel digital juga terus dikembangkan.
Bersama dengan opsi ini, Kementerian Luar Negeri Rusia mempertimbangkan kripto sebagai pengganti dolar AS meski tidak menjelaskan jenis kripto yang akan digunakan.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Aleksandr Pankin mengatakan, rencana itu guna mengurangi posisi dolar AS sebagai cadangan aset internasional Rusia.
Dalam wawancara dengan kanal berita Interfax, Pankin menjelaskan Rusia ingin mengurangi pemakaian dolar AS dalam transaksi dengan negara rekan bisnis.
“Kami terbuka terhadap kemungkinan penggantian dolar AS dengan uang fiat, nasional dan regional, serta beberapa aset kripto untuk jangka panjang,” kata Pankin dikutip dari Warta Ekonomi.
Secara terpisah, Presiden Rusia, Vladimir Putin menyebut, sulit menggantikan dolar AS untuk perdagangan minyak mentah.
Namun demikian, Wakil Menlu Rusia itu menegaskan usaha Rusia untuk mengurangi pemakaian dolar AS berjalan seiring dengan niat Rusia menghindari hambatan akibat sanksi ekonomi dari pemerintah AS.
Sejak tahun 2020, Bank Sentral Rusia sudah mempersiapkan rubel digital meski mendapatkan penolakan oleh perbankan di dalam negeri, karena bisa mendisrupsi bisnia mereka.
“Pembayaran dalam dolar AS dilakukan melalui bank-bank dan sistem kliring Amerika, sehingga pemerintah AS dapat memblok transaksi apapun yang mereka anggap mencurigakan,” jelas Pankin.
Baca Juga: Kasus Kematian Akibat Covid-19 Cetak Rekor, Pembatasan Kegiatan di Moscow Diperketat
Ia menambahkan, pemerintah Rusia tidak mengalami masalah serupa dengan penggunaan euro atau uang fiat lain dan tidak berencana mengurangi penggunaan mata uang nasional lain selain dolar AS.
Dalam beberapa tahun, Rusia telah mempertimbangkan langkah untuk memotong porsi dolar di dana nasional Rusia sebesar US$186 milyar.
Sejumlah otoritas lokal berencana menambah simpanan yuan dan investasi emas secara signifikan.
Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Rusia mendukung minat Rusia untuk menggunakan aset kripto sebagai alat pembayaran internasional.
Pada pekan lalu, Presiden Vladimir Putin mengaku kini memang terlalu awal untuk memakai aset kripto dalam penyelesaian transaksi perdagangan minyak.
Kendati demikian, Putin mengakui potensi kripto sebagai alat untuk transaksi secara global.
Berita Terkait
-
Cerita Svetlana Tinggal di Tong Bobrok selama 35 Tahun, Begini Nasibnya
-
PM Israel Sambangi Rusia Bahas Program Nuklir Iran
-
Wisatawan Rusia Menunggu Sinyal Agar Bisa Segera Datang ke Bali
-
Mengenal Blockchain dan NFT Bersama Bali Blockchain Center
-
Viral Remaja Ini Ngaku Punya 3019 Bitcoin Pada 2010, Kini Harganya Rp2,69 Triliun
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 7 Sabun Muka Mengandung Kolagen untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Tetap Kencang
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
Pilihan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
Terkini
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Kabar Kenaikan Gaji PNS Tahun 2026, Ada 2 Syarat
-
Kementerian ESDM Buka Peluang Impor Gas dari AS untuk Penuhi Kebutuhan LPG 3Kg
-
Bisnis AI Kian Diminati Perusahaan Dunia, Raksasa China Bikin 'AI Generatif' Baru
-
Waskita Karya Rampungkan Transaksi Divestasi Saham Jalan Tol Cimanggis - Cibitung Rp3,28 Triliun
-
Dukung Mitigasi Banjir dan Longsor, BCA Syariah Tanam 1.500 Pohon di Cisitu Sukabumi
-
Magang Nasional Gelombang III Segera Digelar, Selanjutnya Sasar Lulusan SMK
-
Banjir Sumatera Telan Banyak Korban, Bahlil Kenang Masa Lalu: Saya Merasa Bersalah
-
Mulai 2026 Distribusi 35 Persen Minyakita Wajib via BUMN
-
Akhirnya Bebas, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi: Terima Kasih Profesor Dasco