Suara.com - Disampaikan oleh Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi Ali Usman, kebijakan impor daging kerbau India harus dievaluasi karena tidak memberi dampak signifikan dalam menurunkan harga daging sapi lokal. Malah, menurutnya, harganya justru memacu harga daging dalam negeri semakin naik.
“Tata niaga harus dibenahi, jangan hanya melihat dari sisi konsumen tetapi dari sisi produsen peternak rakyat juga harus dilihat. Biaya pemeliharaan sapi masih tinggi, hingga soal rantai pasok fasilitas yang masih minim, sehingga harga daging sapi masih tinggi di konsumen akhir,” kata Ali Usman, Kamis (13/1/2021).
Untuk diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian sebenarnya berupaya melalui Swasembada Daging Sapi Kerbau (PSDS) hingga teranyar Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan).
Meski telah menjalankan program terkait, Ali menyebut, defisit daging sapi masih cukup tinggi sehingga Indonesia masih melakukan impor daging kerbau India dan daging sapi dari Brazil.
Upaya tersebut sudah lebih dari 10 tahun, tetapi masih belum mampu menjawab tantangan neraca sapi potong yang kian defisit ditengah angka konsumsi relatif stagnan.
Ia mengusulkan, sistem informasi pangan dalam satu data terkait supply-demand daging sapi harus dibangun. Tidak hanya dari soal data produksi tetapi angka konsumsi di berbagai daerah sehingga pemerintah dapat mengetahui jumlah peternak dan ternaknya di tiap daerah, juga data biaya produksi dari pemeliharaan ternak itu sendiri, pasokan bahan baku pakan, penyediaan bibit hingga ke sistem rantai pasok.
Dampaknya, data harga daging tersebut diterima oleh konsumen terlihat secara transparan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Sesdit, PKH Kementan) Makmun menyampaikan populasi sapi terbanyak ada di Jawa Timur 4,8 juta,ekor Jawa Tengah 1,8 juta ekor, NTB 1,2 juta ekor, Sulawesi Selatan 1,4 juta ekor dan NTT 1,1 ekor. Sedangkan partisipasi konsumsi masyarakat Indonesia relatif stagnan.
Perkembangan harga daging sapi juga terus meningkat di tahun 2021. Rerata harga daging sapi di tingkat produsen periode Januari 2017 s.d Januari 2022 cenderung mengalami peningkatan dari Rp41.861 hingga Rp49.570 per kg bobot hidup. Sementara rerata harga daging sapi tingkat konsumen saat ini mencapai Rp118.900 per kg
Baca Juga: Buntut Tiga Peternakan Ayam Bangkrut, Stok Daging Ayam di Palembang Menurun
Lebih jelas Makmun mengatakan, perkembangan impor dari 2019 hingga 2021 jumlah penduduk meningkat dengan kebutuhan masih ada kekurangan namun dari tahu ke tahun neraca mengalami penurunan. Di mana impor setara daging di tahun 2022 yaitu sekitar 266.065 ton.
Sebenarnya produksi dalam negeri bertumbuh yaitu pada 2019 -2020 meningkat 0,10 persen kemudian 2020 ke 2021 tumbuh 4,56 persen dan 2021 ke 2022 tumbuh 3,13 persen.
Selama ini, program Sikomandan untuk meningkatkan populasi dalam negeri tersebar di seluruh wilayah di Indonesia dengan juga menjaga sumber daya genetik namun untuk daerah yang dibuka dilakukan cross dengan jenis lain.
Ia berharap pada desa korporasi yang didesain pemerintah maupun stakeholder bisa didukung oleh pembiayaan dan investasi yang berasal bukan hanya dari APBN dan APBD.
Berita Terkait
-
Pemerintah Disarankan Impor Sapi Dibanding Daging Beku, Ini Kelebihannya
-
Penyakit Sapi Gila Merebak, China dan Filipina Tunda Ekspor Daging Dari Kanada
-
Syok Lihat Pemandangan Ini, Saman Pingsan di Depan Kandang Sapi
-
Gerakan Al-Maun UHAMKA Bantu Hidupkan Perekonomian Peternak Ayam di Kabupaten Bogor
-
Buntut Tiga Peternakan Ayam Bangkrut, Stok Daging Ayam di Palembang Menurun
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Menkeu Purbaya Janji Hentikan Sisa Anggaran Menumpuk di Akhir Tahun
-
Bos SMGR Akui Persaingan Industri Semen RI Makin Ketat
-
Pertamina Mau Gabung 3 Anak Usaha, DPR: Sesuai Keinginan Danantara
-
Rusun Jadi Fokus Solusi Pemukiman yang Semakin Mahal di Jakarta
-
Tidak Gratis, Pindahkan Rp 200 Triliun ke 5 Bank Menkeu Purbaya Minta Bunga Segini!
-
BNI Sambut Penempatan Dana Pemerintah, Tapi Minta Beberapa Penjelasan
-
5 Perumahan di Bekasi Utara Cocok untuk Milenial, Harga Mulai Rp 300 Jutaan
-
Rp 70 Miliar Milik Nasabah Hilang Karena Dibobol? Ini Kata BCA
-
Pengamat: Reshuffle Prabowo Lebih Bernuansa Politis Ketimbang Respons Tuntutan Publik
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group