Suara.com - Ekonom, yang juga Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyoroti rendahnya pertumbuhan ekonomi tahun 2021 yang hanya 3,69 persen. Menurutnya, sejumlah program pemulihan ekonomi yang digembor-gemborkan pemerintah dianggap telah gagal.
Bhima mengatakan, rendahnya serapan stimulus program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 menjadi salah satu faktor Ekonomi Indonesia tumbuh jauh dari harapan.
"Pemerintah juga terbilang gagal dalam akselerasi stimulus PEN sehingga daya serap PEN tidak optimal," kata Bhima saat dihubungi Suara.com, Senin (7/2/2022).
Asal tahu saja, realisasi anggaran PEN 2021 hanya mencapai Rp 658,6 triliun atau 88,4 persen dari pagu Rp 744,77 triliun. Artinya, masih ada sekitar 12 persen anggaran yang tidak terserap optimal.
Pemerintah mengatakan tidak optimalnya serapan anggaran PEN 2021 tersebut dikarenakan ada sejumlah program yang tidak bisa dijalankan.
Kondisi tersebut, menurut Bhima, membuat sektor swasta masih wait and see, sehingga tidak melakukan upaya ekspansi bisnisnya.
"Kalau swasta belum confidence untuk ekspansi maka pemerintah yang harus ambil kendali. Sayangnya, serapan PEN kan Cuma 88 persen ya, dan masih alami problem klasik seperti data belum akurat, hingga lambatnya pemda eksekusi anggaran," katanya.
Program PEN 2021 sendiri terdiri dari 5 klaster, dimana rincian realisasi sebagai berikut;
Pertama, realisasi anggaran kluster kesehatan mencapai Rp198,5 triliun atau 92,3 persen dari pagu Rp 214,96 triliun.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tahun 2021 Tumbuh 3,69 Persen, Pengamat: Pemulihan Ekonomi Tak Memuaskan
Kedua, realisasi anggaran perlindungan sosial mencapai Rp171,0 triliun atau 91,5 persen dari pagu Rp 186,64 triliun.
Ketiga, realisasi anggaran program prioritas mencapai Rp105,4 triliun atau 89,3 persen dari pagu Rp 117,94 triliun.
Keempat, capaian realisasi terendah 2021 berada pada anggaran dukungan UMKM dan korporasi. Per akhir 2021, realisasi anggaran mencapai Rp116,2 triliun atau 71,5 persen dari pagu Rp 162,4 triliun.
Kelima, realisasi tertinggi berada pada kluster insentif usaha yaitu Rp 67,7 triliun atau 107,7 persen dari pagu Rp 62,83 triliun.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Menkeu Purbaya Yakin Sisa Anggaran Kementerian 2025 Lebihi Rp 3,5 Triliun
-
Nilai Tukar Rupiah Menguat di Jumat Sore, Didorong Surplus Transaksi Berjalan
-
Sinyal Bearish Bitcoin: Waspada Bull Trap di Tengah Ketidakpastian Makro Global
-
Perkuat Tulang Punggung Ekonomi, BRI Salurkan KUR untuk UMKM
-
Data Neraca Transaksi Berjalan Positif, Bagaimana Nasib Dolar AS di Pasar Domestik?
-
Sepakat dengan Purbaya, Mendag Tegaskan Bayar Pajak Tak Bisa Jadikan Impor Pakaian Bekas Legal
-
3 Senjata Cerdas Investasi Rp100 Ribu per Hari untuk Pensiun Mapan Anak Muda
-
Viral BBM Bobibos, Kementerian ESDM Jelaskan Langkah Agar Bisa Dijual Bebas
-
Emiten TRON Fokus Garap Bisnis Infrastruktur Kendaraan Listrik
-
Apa Benar Emiten Properti DADA Berkantor Dekat Warung Kelontong? Manajemen Beri Pembelaan