Suara.com - Dolar berayun dalam perdagangan berombak di akhir perdagangan Kamis (10/2/2022, Jumat pagi WIB), setelah harga konsumen AS naik lebih tinggi dari perkiraan pada Januari, mendorong pasar untuk meningkatkan ekspektasi Federal Reserve akan secara agresif memerangi inflasi yang melonjak.
Dikutip dari kantor berita Antara, indeks harga konsumen naik 0,6 persen dari Desember, kata Departemen Tenaga Kerja, sementara dalam 12 bulan hingga Januari, IHK (indeks harga konsumen) melonjak 7,5 persen, kenaikan tahun-ke-tahun terbesar sejak Februari 1982.
Data tersebut menandai kenaikan tahunan keempat bulan berturut-turut lebih dari 6,0 persen dan membuat Presiden Federal Reserve Bank St Louis, James Bullard, anggota pemungutan suara komite penetapan kebijakan Fed, "secara dramatis" lebih hawkish, katanya.
Indeks dolar, ukuran nilai greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, awalnya naik hampir 0,5 persen. Kemudian merosot 0,4 persen dan berakhir hampir datar. Indeks terakhir naik tipis 0,08 persen.
Suku bunga yang lebih tinggi biasanya akan mengangkat dolar, tetapi pasar sudah cukup membeli dolar, kata Bipan Rai, kepala strategi valas di CIBC Capital Markets.
"Pasar tertarik untuk mengambil keuntungan dari posisi long dolar yang ada," kata Rai. "Pasar membuat The Fed memberi harga yang cukup agresif tidak hanya untuk tahun ini tetapi juga untuk tahun depan."
Peluang kenaikan suku bunga 50 basis poin meningkat menjadi lebih dari kemungkinan kenaikan 25 basis poin seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Pasar juga mempertimbangkan bagaimana bank sentral lain akan melawan inflasi yang meningkat secara global, terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas.
"Tekanan harga yang lebih luas dan meluas ini adalah cerita global," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Baca Juga: The Fed Kerek Kenaikan Suku Bunga Lebih Cepat, Harga Emas Melemah
"Kami mulai melihat banyak negara maju lainnya sekarang menjadi lebih agresif dalam mengatasi inflasi," tambahnya.
Suku bunga, terutama pada short end, melonjak setelah data IHK dirilis. Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sesuai dengan ekspektasi suku bunga, naik 26,1 basis poin menjadi 1,609 persen. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai 2,0 persen untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun.
Pasar suku bunga mempertanyakan tingkat inflasi, kata Nancy Davis, Managing Partner dan Chief Investment Officer di Quadratic Capital Management LLC.
"Saya tidak berpikir IHK memberi kita gambaran keseluruhan. Mengingat panduan ke depan dari The Fed, pasar suku bunga memperkirakan untuk disinflasi."
Sebelumnya di Eropa, bank sentral Swedia mempertahankan rencana kebijakan moneternya secara luas tidak berubah dan menekankan pandangannya bahwa lonjakan inflasi bersifat sementara.
Sikap dovish oleh Riksbank atau bank sentral Swedia mendorong dolar untuk membukukan kenaikan terbesarnya di antara mata uang utama, menyebabkan krona Swedia jatuh 2,01 persen versus greenback pada 9,31 per dolar.
Berita Terkait
-
Analis: Harga Emas Menuju USD4.000, Trader Perlu Cermati Peluang
-
Dolar AS Ngamuk Lagi, Rupiah Tembus Rp16.169: Ternyata Ini Biang Keroknya
-
Pantang Berkendara Agresif Saat Hujan, Begini Alasannya
-
5 Zodiak Wanita ini Dikenal Sangat Agresif Ketika PDKT, Ada Zodiakmu?
-
Ini Pelecut yang Sebabkan Harga Emas Naik Tinggi
Terpopuler
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
QRIS Makin Praktis, Nikmati Limit Kartu Kredit BRI Langsung di BRImo
-
OJK Ungkap 7 Perusahaan Asuransi Terancam Bangkrut, Potensi Rugi Hingga Rp19 Triliun!
-
Vietnam-AS Makin Mesra, Vietjet Pesan 200 Pesawat Boeing Senilai US$32 miliar
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Anak Usaha Astra Beli Tambang Emas di Sulut
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
-
Alasan Pindahkan Tiang Listrik PLN dari Tanah Pribadi Harus Bayar
-
Aib dan Borok Asuransi BUMN Dibongkar OJK di Depan DPR, Taspen dan Asabri Disebut Paling Buruk!
-
APBN 2026 Disahkan, Jadi 'Senjata' Pertama Pemerintahan Prabowo