Suara.com - Sepanjang tahun lalu, harga minyak dunia terus meningkat terdorong kebutuhan berbagai negara di dunia dan situasi pandemi COVID-19 yang belum menurun.
Jika dibandingkan pada 2020, tahun 2021, harga minyak dunia naik mencapai 69.5%. Sementara pada tahun ini, harga minyak sempat stabil di awal tahun sebelum konflik Rusia dan Ukraina mendorong harga minyak mencapai rekor.
Ditambah lagi, pertumbuhan ekonomi global pasca-pandemi Covid-19 dan penambahan produksi oleh kartel minyak OPEC+ dan ketegangan politik di Ukraina semakin membuat ekonomi dunia sulit diprediksi.
"Dengan mulai tumbuhnya perekonomian global, maka hal ini akan berpengaruh terhadap suplai dan demand minyak dunia. Sepanjang 2020, konsumsi minyak dunia hanya 88.5 juta barrel perhari, sedangkan di tahun 2021 meningkat terjadi peningkatan yang signifikan ke 96.2 juta perhari," kata Mamit Setiawan, Direktur Executive Energy Watch.
"Tahun 2022 ini, konsumsi minyak dunia di harapkan mencapai 99.53 juta BOPD menyamai konsumsi di tahun 2019 sebelum pandemi terjadi. Tinggal bagaimana suplainya, ditengah OPEC+ yang masih menahan untuk memompa lebih banyak lagi minyak mereka. Apalagi, Rusia sebagai anggota OPEC+ saat ini sedang berkonflik. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpastian pasokan dan pertumbuhan ekonomi secara global," urai Mamit dikutip dari Warta Ekonomi.
Menurut dia, kenaikan harga minyak dunia membuat ongkos produksi produk energi seperti BBM dan LPG naik signifikan. Hal ini akan diikuti dengan kenaikan produk-produk lain karena bbm dan lpg sebagai sumber energi primer untuk produk lain.
"Tidak bisa dipungkiri, kita harus mewaspadai efek domino dari kenaikan harga minyak dunia saat ini. Tidak melulu bicara BBM dan LPG, tetapi juga produk turunan yang di hasilkan karena ada peningkatan ongkos produksi. Adanya kenaikan ini bisa menimbulkan inflasi ke depannya. Kita mesti mewasdai ini," jelas Mamit.
Saat ini, Indonesia sebagai net importir untuk minyak mentah maupun produk serta LPG dimana produksi hanya berkisar di angka 670 ribu BOPD.
Sementara konsumsi mencapai 1,3 juta BOPD dan import LPG sebanyak 65% dari konsumsi nasional akan meningkatkan defisit neraca perdagangan.
"Semakin tinggi terjadinya defisit neraca perdagangan, bisa menyebabkan terdepresiasi nya nilai mata uang rupiah terhadap dolar dan potensi kenaikan inflasi dibandingkan tahun 2021.
Selain inflasi yang akan meningkat kenaikan harga minyak dunia akan berdampak terhadap kondisi keuangan negara. Beban untuk subsidi energi baik itu BBM, LPG dan listrik akan mengalami kenaikan yang tinggi, disisi lain penerimaan Negara yang didapatkan dari sektor hulu migas tidak sebanding dengan beban subsisi yang harus ditanggung pemerintah," jelas Mamit kembali
Selain itu, pasokan untuk BBM dan LPG bisa mengalami gangguan ditengah permintaan global yang meningkat dan supply yang mulai menipis.
"Jadi kita harus bersiap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat ketidakpastian global saat ini,"pungkas Mamit.
Berita Terkait
-
Kisah Lahirnya Liga di Crimea Akibat Konflik Ukraina-Rusia
-
Kocak, Pemerintah Ukraina Sebut Warganya yang Bisa Menjarah Tank dan Kendaraan Tempur Rusia Tak Dikenai Pajak Kendaraan
-
Jepang dan AS Kewalahan, Lepas Cadangan Minyak Gegara Konflik Rusia - Ukraina
-
Terdampak Invasi Rusia, Warga Ukraina Diberi Brasil Visa Sementara dan Izin Tinggal
-
Kemenlu RI Evakuasi 80 WNI dari Ukraina dengan Pesawat Garuda
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini