Suara.com - Harga minyak dunia melejit lebih dari 7 persen pada perdagangan Senin, dengan Brent melampaui USD115 per barel.
Kenaikan di pasar minyak mentah ini terjadi menyusul langkah Uni Eropa (UE) yang sedang mempertimbangkan untuk mengikuti Amerika Serikat (AS) dalam embargo minyak Rusia.
Selain itu, serangan terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi oleh kelompok Houthi Yaman juga turut membebani pasar.
Mengutip CNBC, Selasa (22/3/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD7,69 atau 7,12 persen menjadi USD115,62 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menetap di posisi USD112,12 per barel, melambung USD7,42 atau 7,09 persen.
"Embargo seperti itu bisa menjadi jurang bagi masalah pasokan global," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.
Mengingat ketidakpastian tentang potensi larangan impor minyak Rusia dari Uni Eropa, bensin berjangka Amerika melonjak 5 persen.
Pemerintah Uni Eropa akan mempertimbangkan apakah akan memberlakukan embargo minyak terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina saat mereka berkumpul minggu ini dengan Presiden AS Joe Biden.
Untuk serangkaian pertemuan puncak yang dirancang guna memperkuat tanggapan Barat terhadap Moskow.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Masih Kuat, Bertahan di Posisi USD100 per Barel
Uni Eropa dan sekutunya memberlakukan sejumlah tindakan terhadap Rusia, termasuk membekukan aset bank sentralnya.
Ukraina menentang permintaan Rusia agar pasukannya meletakkan senjata sebelum fajar, Senin, di Mariupol, di mana ratusan ribu warga sipil terperangkap di sebuah kota yang dikepung.
Dengan sedikit tanda-tanda meredanya konflik, fokus kembali ke apakah pasar akan mampu menggantikan barel Rusia yang terkena sanksi.
"Optimisme memudar tentang kemajuan dalam pembicaraan untuk mencapai gencatan senjata di Ukraina dan itu membuat harga minyak melonjak," ujar Susannah Streeter, analis Hargreaves Lansdown yang berbasis di Inggris.
Selama akhir pekan, serangan kelompok Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran menyebabkan penurunan sementara dalam produksi di pengilangan Saudi Aramco di Yanbu, menambah kekhawatiran di pasar produk minyak yang bergejolak, di mana Rusia adalah pemasok utama dan persediaan global berada di posisi terendah multi-tahun.
Senin, Arab Saudi mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan minyak global setelah serangan ini, sebagai tanda meningkatnya frustrasi Saudi dengan penanganan Washington terhadap Yaman dan Iran.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina