Suara.com - Harga minyak dunia khususnya West Texas Intermediate (WTI) anjlok 7 persen menjadi tepat di atas USD100 pada perdagangan Kamis, setelah Presiden Joe Biden mengumumkan pelepasan terbesar dari Strategic Petroleum Reserve Amerika dan meminta perusahaan minyak meningkatkan pengeboran guna mendongkrak pasokan.
Mengutip CNBC, Jumat (1/4/2022) minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Mei, patokan Amerika Serikat, merosot USD7,54 atau 7 persen menjadi USD100,28 per barel, setelah menyentuh level terendah USD99,66.
Sementara, minyak mentah berjangka Brent untuk Mei, yang berakhir pada Kamis, ditutup menyusut USD5,54, atau 4,8 persen menjadi USD107,91 per barel. Kontrak berjangka Juni yang lebih aktif diperdagangkan turun 5,6 persen menjadi USD105,16, setelah jatuh USD7 di awal sesi.
Kedua tolok ukur tersebut membukukan persentase kenaikan kuartalan tertinggi sejak kuartal kedua 2020, dengan Brent melonjak 38 persen dan WTI melambung 34 persen didorong terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, yang disebut Moskow sebagai "operasi khusus."
"Ini adalah pasar di mana setiap barel diperhitungkan dan (pelepasan SPR) adalah volume minyak yang signifikan untuk ditempatkan di pasar untuk jangka waktu yang lama," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.
Pelepasan 180 juta barel itu setara dengan sekitar dua hari permintaan global, dan menandai ketiga kalinya Washington memanfaatkan SPR dalam enam bulan terakhir.
Biden mengatakan mulai Mei, Amerika Serikat akan melepaskan 1 juta barel per hari selama enam bulan dari SPR.
Biden, menambahkan bahwa tambahan 30 juta hingga 50 juta barel minyak dapat dilepaskan oleh sekutu dan mitra.
"Kita perlu meningkatkan pasokan. Perusahaan minyak yang duduk di sumur menganggur atau sewa yang tidak digunakan harus mulai memproduksi atau membayar kelambanan mereka" ujar Biden.
Anggota lain Badan Energi Internasional (IEA) juga dapat melepaskan minyak untuk mengimbangi ekspor Rusia yang hilang setelah negara itu terkena sanksi berat karena invasi ke Ukraina.
Negara-negara anggota IEA akan bertemu hari ini pukul 19.00 WIB, untuk memutuskan potensi pelepasan minyak kolektif, kata juru bicara Menteri Energi Selandia Baru.
"Namun, setiap pelepasan SPR juga bisa menjadi tanda bahwa Washington memperkirakan tidak ada resolusi cepat untuk krisis di Ukraina, yang menekan pasokan minyak," kata Susannah Streeter, analis Hargreaves Lansdown.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Estimasi Biaya Umrah Mandiri Terbaru, Lebih Murah dari Paket Travel?
-
Shopee Tetap Perketat Paylater Meski Pinjaman Warga Tembus Rp 9,97 Triliun
-
Bank Mandiri Raih 8 Penghargaan Internasional, Sinergi Majukan Negeri Lewat Inovasi Digital
-
Pengusaha Vaksin Dunia Kumpul di Bali, Bahas Strategi Jangka Panjang Industri Global
-
BBM Kembali Tersedia di BP-AKR, Cek Lokasi SPBU Terdekat
-
BCA Buka Indonesia Knowledge Forum 2025: Ruang Inspirasi bagi Pemimpin Industri & Kreator Muda
-
Pabrik Ban Michelin Cikarang PHK 280 Pekerja Secara Sepihak
-
BEEF Kantongi Fasilitas Kredit Rp790 Miliar dari Bank Mandiri
-
Ajak Mahasiswa Aktif Soroti Isu Energi, Bahlil: Kritik Kalian, Gizi Bagi Saya!
-
Prabowo Kirim 16 Nama Calon Anggota Dewan Energi Nasional ke DPR