Suara.com - Harga minyak dunia melonjak sekitar 3 persen pada perdagangan Rabu, karena penarikan stok minyak mentah Amerika mengindikasikan pasokan yang ketat dan investor khawatir tentang sanksi Barat terhadap Moskow.
Mengutip CNBC, Kamis (31/3/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD3,22, atau 2,9 persen menjadi USD113,45 per barel.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat USD3,58, atau 3,4 persen menjadi menetap di posisi USD107,82 per barel.
Selasa, Rusia berjanji untuk mengurangi operasi di sekitar Kyiv yang oleh Barat dianggap sebagai taktik untuk melakukan pengaturan ulang setelah menderita kerugian besar.
"Setelah tertipu sekali, banyak trader yang menjual kontrak sebagai tanggapan atas pembicaraan damai sepertinya tidak mungkin melakukan kesalahan yang sama di lain waktu, saat pertemuan Rusia-Ukraina diikuti dengan komentar yang optimistis," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Sementara itu stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan 3,4 juta barel pekan lalu, memangkas persediaan di konsumen utama dunia itu menjadi 410 juta barel, level terendah sejak September 2018, data pemerintah menunjukkan.
"Persediaan minyak mentah AS menunjukkan penarikan lain meski produksi bergerak lebih tinggi dan satu lagi rilis SPR (Cadangan Minyak Strategis) yang solid ke dalam persediaan komersial," kata Matt Smith, analis Kpler,
Dia mencatat penarikan minyak mentah tersebut didorong oleh meningkatnya aktivitas penyulingan.
Setelah tujuh pekan bertahan stabil, produksi minyak mentah AS naik 100.000 barel per hari (bph) pekan lalu, menjadi 11,7 juta bph, sementara stok minyak mentah di SPR turun ke level terendah sejak Mei 2002, dan pemanfaatan kilang Gulf Coast melesat ke tingkat tertinggi sejak Januari 2020.
Baca Juga: Pemerintah Seharusnya Tak Naikan Harga Pertamax, Begini Skemanya
Kenaikan harga dibatasi oleh lonjakan mengejutkan dalam stok bensin dan sulingan Amerika, minggu lalu, serta permintaan yang lebih rendah untuk kedua produk tersebut.
Amerika Serikat dan sekutunya merencanakan sanksi baru pada lebih banyak sektor ekonomi Rusia, termasuk rantai pasokan militer.
Kremlin mengindikasikan semua ekspor energi dan komoditas Rusia bakal dihargai dalam rubel, ketika Presiden Vladimir Putin berusaha membuat Barat merasakan sakit atas sanksi tersebut.
Menanggapi kemungkinan pemotongan pasokan gas Rusia, Jerman memicu rencana darurat untuk mengelola pasokan gas. Negara-negara Eropa lainnya juga mengambil langkah untuk menghemat gas.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina