Suara.com - Bitcoin akhirnya memperlihatkan taringnya usai The Fed merilis keputusannya yang menekan inflasi. Penguatan Bitcoin jadi kabar baik setelah berminggu-minggu cetak penurunan signifikan.
Mata uang kripto terbesar di dunia itu turun sebanyak 7,8 persen menjadi 20.079,72 dolar AS, terendah sejak Desember 2020.
BTC juga kehilangan sekitar 33 persen terhadap dolar AS sejak Jumat (10/6/2022), turun lebih dari 50 persen sejak awal tahun. Bitcoin telah merosot sekitar 70 persen dari rekor tertinggi 69.000 dolar AS pada November.
Sikap Celcius yang membekukan penarikan dan transfer antar akun, memicu kekhawatiran penularan di pasar yang terguncang oleh matinya token terraUSD dan luna bulan lalu hingga membuat kripto terpukul.
Namun, kripto mendapat dukungan ketika indeks S&P 500 reli setelah pengumuman kebijakan oleh The Fed untuk menaikkan suku bunga, menghentikan penurunan lima sesi.
The Fed menaikkan suku bunga targetnya sebesar tiga perempat poin persentase, kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994.
Arus keluar pasar kripto pada pekan lalu mencapai 102 juta dolar AS, yang membuat investor makin khawatir dan memaksa bank sentral membuat kebijakan lebih ketat.
Nilai pasar kripto global telah anjlok 70 persen menjadi di bawah 900 miliar dolar AS dari puncak 2,97 triliun dolar AS pada November, data CoinMarketCap menunjukkan.
“Beberapa bagian dari ekosistem kripto yang lebih luas menghadapi perhitungan yang agak keras,” kata Direktur Eksekutif di dana lindung nilai aset digital ARK36, Mikkel Morch.
Baca Juga: Kurs Rupiah dan Nilai Bitcoin Melemah, Sementara Dolar AS Capai Rekor Tertinggi
"Ketika realitas pasar bearish mulai menetap, pengaruh tersembunyi dan kelemahan struktural proyek itu hanya berfungsi ketika harga naik akhirnya terungkap," sambung dia.
Mata uang kripto yang lebih kecil, yang cenderung bergerak turun bersama Bitcoin. Sementara Ethereum, token terbesar kedua, jatuh ke level terendah 1.013 dolar AS, terendah sejak Januari 2021, dan terakhir turun 1,22 persen pada 1.172,76 dolar AS.
Kekacauan di pasar kripto telah menyebar ke perusahaan-perusahaan lain, dengan sejumlah bursa memangkas tenaga kerja.
Bursa utama AS Coinbase Global Inc mengatakan pada Selasa (14/6/2022) akan memangkas sekitar 1.100 pekerja, atau 18 persen dari tenaga kerjanya. Gemini, bursa AS lainnya, mengatakan bulan ini akan memangkas 10 persen dari tenaga kerjanya.
Namun yang lain terus mempekerjakan. Binance, bursa terbesar di dunia, mengatakan sedang merekrut 2.000 posisi, dan bursa AS Kraken mengatakan memiliki 500 peran yang harus diisi.
"Bertahanlah," cuit CEO Binance Changpeng Zhao.
Berita Terkait
-
Inflasi Hingga Resesi Hantui Amerika Serikat, Bank Sentral Hadapi Ancaman Ekonomi
-
The Fed Kerek Suku Bunga 0,75 Persen, Harga Minyak Dunia Anjlok Lebih dari 3 Persen
-
Awas! Bill Gates Bilang NFT Berdiri di atas The Greater Fool Theory
-
Indodax Gandeng BUMN Kliring untuk Lindungi Transaksi Rupiah
-
Kurs Rupiah dan Nilai Bitcoin Melemah, Sementara Dolar AS Capai Rekor Tertinggi
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Emiten INET Sebentar Lagi Jadi Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Outsourcing PADA
-
Dari Jalan Cepat hingga Fashion Show, Begini Cara Seru Peserta BPJS Jaga Kesehatan
-
Sektor Produksi Jadi Penopang, BRI Salurkan KUR Rp130,2 Triliun hingga September 2025
-
Sama dengan Indonesia, Malaysia Kantongi Tarif 19 Persen dari Amerika Serikat
-
BPJS Kesehatan Luncurkan Gerak Sehat Prolanis: Dorong Masyarakat Aktif Cegah Penyakit Kronis
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi