Suara.com - Media propaganda pemerintah Tiongkok, Economic Daily memperingatkan harga Bitcoin (BTC) bisa mencapai angka nol alias tidak berharga. Alasannya, aset ini hanya berasas pump and dump alias tidak memiliki nilai fundamental.
Media yang berhubungan dekat dengan Komite Sentral Partai Komunis China ini melalui laman opini mengatakan, investor harus berhati-hati dengan risiko nilai BTC yang ambruk, di saat kian melemahnya harga kripto itu lebih dari 70 persen sejak November 2021.
Melansir Blockchain Media, sejak awal 2022, harga BTC memang anjlok lebih dari 50 persen. Sementara, kapitalisasi pasar kripto keseluruhan sudah menguap US$2 triliun sejak 2021.
“Bitcoin tidak lebih dari serangkaian kode digital dan keuntungannya terutama berasal dari cara pump and dump. Kelak di masa depan, ketika kepercayaan investor runtuh atau ketika banyak negara menyatakan Bitcoin ilegal, itu akan kembali ke nilai aslinya, yakni nol,” opini dari media itu.
Mereka juga mengkritik aturan kripto yang lemah di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat yang dianggap sebagai sosok yang seharusnya menerbitkan aturan lebih ketat.
Kritik ini memperlihatkan sikap tegas Pemerintah Tiongkok terhadap aset kripto usai sebelumnya menghabisi bisnis kripto di negeri tirai bambu itu.
Berdasarkan data Cambridge, pada awal tahun 2022, penambang di China memperlihatkan peningkatan drastis terhadap hash rate global yang mencapai 21 persen.
Meski dinyatakan terlarang, para penambang China nampaknya menemukan cara tetap beroperasi secara diam-diam. Sementara itu Amerika Serikat menggantikan dominasi Tiongkok sejak pemberangusan itu, dengan dominasi lebih dari 37,84 persen saat ini per Januari 2022.
Kamis (23/6/2022) kemarin, Changpeng Zhao (CZ), Pendiri dan CEO Binance menegaskan lagi kepada publik, bahwa harga Bitcoin di bawah all time high (ATH) November 2021 (US$69 ribu) bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Anang dan Ashanty Jadi Alasan Angel Lelga Mau Ikutan Bisnis Kripto, Tapi Malah Bikin Buntung
“Mengingat penurunan harga saat ini, dibandingkan dengan harga tertinggi sepanjang masa di US$69 ribu, mungkin perlu beberapa bulan atau beberapa tahun bagi BTC untuk kembali ke ATH itu. Namun demikian, tidak ada yang bisa memprediksi masa depan secara tepat,” kata dia.
Berita Terkait
-
Tak Hanya Blockchain, CEO Indodax Ajak Masyarakat Kenali Potensi Kripto Lebih Jauh
-
Praktisi: Penanganan Hukum Kasus Kripto di Indonesia Masih Lemah
-
Inflasi Bikin Biaya Hidup Makin Tinggi, Judi dan Investasi Kripto Jadi Tumpuan Warga Inggris
-
Berkaca Kasus Angel Lelga, Praktisi Nilai Penanganan Hukum Kasus Kripto Masih Lemah
-
Anang dan Ashanty Jadi Alasan Angel Lelga Mau Ikutan Bisnis Kripto, Tapi Malah Bikin Buntung
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Staycation Jadi Mesin Pertumbuhan Sektor Hospitality
-
Update Nominal Dana Bantuan KJP Plus per Jenjang, Kapan Bisa Dicairkan?
-
Viral Peras Pabrik Chandra Asri, Ketua Kadin Cilegon Dituntut 5 Tahun Penjara
-
SBY Minta Masyarakat Sadar, Indonesia Bukan Negeri Kaya Minyak!
-
Catat Laba Bersih Rp389 M, KB Bank Perkuat Struktur Manajemen Lewat Pengangkatan Widodo Suryadi
-
Kementerian ESDM: Etanol Bikin Mesin Kendaraan jadi Lebih Bagus
-
Saham BCA Anjlok saat IHSG Menguat pada Senin Sore
-
Menkeu Purbaya Mendadak Batal Dampingi Prabowo Saat Serahkan Aset Smelter Sitaan, Ada Apa?
-
Mencetak Talenta Virtual Assistant Indonesia Siap Go Global
-
Usai BNI, Menkeu Purbaya Lanjut Sidak Bank Mandiri Pantau Anggaran Rp 200 T