Suara.com - Harga minyak dunia naik hampir 2 persen atau USD2 per barel pada Senin, di tengah prospek pasokan yang lebih ketat dan membayangi pasar ketika negara-negara Group of Seven (G-7) berjanji untuk meningkatkan tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Mengutip CNBC, Selasa (28/6/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat USD1,97, atau 1,7 persen menjadi USD115,09 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melejit USD1,95, atau 1,8 persen menjadi USD109,57 per barel.
Kelompok negara-negara kaya itu bersumpah untuk mendukung Ukraina "selama yang dibutuhkan," mengusulkan untuk membatasi harga minyak Rusia sebagai bagian dari sanksi baru guna memukul keuangan Moskow.
"Saya pikir jika mereka menerapkan batas harga pada penjualan dan pembelian minyak Rusia, sulit bagi saya untuk membayangkan bagaimana ini akan diterapkan, terutama ketika China dan India menjadi pelanggan terbesar Rusia," kata Andrew Lipow, konsultan minyak yang berbasis di Houston.
Analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, mencatat tidak ada yang bisa menghentikan Rusia dari melarang ekspor minyak dan produk olahan ke negara-negara G-7 sebagai respons atas pembatasan harga, memperburuk kondisi kekurangan di pasar minyak dan produk olahan global.
Komunitas internasional itu harus mengeksplorasi semua opsi untuk meredakan pasokan energi yang ketat, termasuk pembicaraan dengan negara-negara produsen seperti Iran dan Venezuela, kata pejabat kepresidenan Prancis.
"Ekspor minyak kedua anggota OPEC itu dibatasi oleh sanksi Amerika," katanya.
Kedua patokan minyak mentah tersebut ditutup melemah untuk pekan kedua berturut-turut, Jumat, karena kenaikan suku bunga di negara-negara ekonomi utama memperkuat dolar dan mengipasi kekhawatiran resesi global.
Baca Juga: Pemerintah Sebut Harga Pertalite dan Pertamax Harusnya di Atas Rp30 Ribu per Liter
Kekhawatiran resesi dan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut menyebabkan volatilitas dan penghindaran risiko di pasar berjangka, dengan beberapa investor dan trader energi melakukan pengurangan, sementara harga minyak mentah tetap kuat karena permintaan yang tinggi dan krisis pasokan.
Untuk saat ini, tekanan kekhawatiran pasokan melebihi kekhawatiran seputar pertumbuhan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Nasib KFC: Tutup 19 Gerai dan PHK 400 Pekerja
-
Freeport Berhenti Beroperasi Sementara, Fokus Temukan 5 Karyawan yang Terjebak Longsor
-
Kelakar Mau Dipukul Bupati, Menkeu Purbaya: Transfer ke Daerah Dipangkas Biar Bersih dan Efektif
-
Menkeu Purbaya Sebut Pemerintah Mau Buat Kawasan Industri Hasil Tembakau
-
Inflasi Tembus 0,18 Persen, Bank Indonesia : Kenaikan Harga Emas Jadi Biang Kerok
-
Jadi BP BUMN, 12 Poin Penting Perubahan UU BUMN: Wamen Dilarang Jadi Komisaris
-
Mulai Bangkit, Rupiah Makin Perkasa Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Daftar Konglomerat Kelas Kakap yang Beli Patriot Bond, Ada Barito Hingga Djarum
-
Sah! Kementerian BUMN Berubah Jadi Badan Pengatur BUMN
-
Lowongan Kerja dan Gaji PT KAI Commuter Oktober 2025, Ada 8 Posisi Lulusan D3 dan S1