Suara.com - Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menyarankan Garuda Indonesia merampingkan kantor-kantor regional dari empat menjadi hanya dua kantor regional, yaitu wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur karena pesawat hanya tersisa 40 persen dari normal.
"Itu pernah Garuda lakukan pada tahun 2000 ke bawah di mana dulu market domestik Garuda masih 60 persen dan menjadi market leader," kata Arista.
Selain itu, menurutnya, dulu emiten berkode GIAA itu juga pernah memiliki perwakilan area di Amsterdam dan Arab Saudi yang dipegang oleh regional Jakarta Raya.
Meski ada perbedaan waktu, kondisi itu bukan menjadi halangan karena komunikasi bisa melalui email, pesan singkat, dan berbagai macam platform lainnya.
Ia mengatakan, dengan mengurangi dari domestik empat menjadi dua, yang Amsterdam dan Saudi Arabia dipegang oleh Jakarta sudah sangat membantu keuangan. Terlebih, jika kantor regional Asia dan Australia bisa dicitukan di Singapura saja.
"Jadi sekarang dibagi dua untuk Jepang dan Korea, mereka sendiri. Asia sendiri, masalahnya Asia banyak tidak terbang. Kantor-kantor Garuda perwakilan Asia karena tidak ada penerbangan jadi ya cuma Kuala lumpur, Singapura, China, Korea, Jepang, sudah jadikan satu saja. Itu irit banyak karena organisasi perwakilan terutama di luar negeri itu semuanya gaji menggunakan dolar AS," kata Arista, dikutip dari Antara.
Garuda resmi lolos penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang membuatnya diberi restrukturisasi utang sampai 20 tahun ke depan.
Keberhasilan Garuda lolos dari PKPU menurutnya bisa jadi momentum maskapai milik negara itu untuk memperbaiki bisnis dan kondisi keuangan perseroan.
"Direktur utama dan jajaran direksi harus berani memutuskan hal-hal yang tidak populer. Untuk apa? kalau tidak bisa untung tahun 2022, paling tidak mengurangi beban kerugian yang terlalu besar," pungkasnya
Baca Juga: Resmikan Sarinah, Presiden Jokowi Senang Produk Lokal Dipamer Secara Detail
Merujuk pada laporan keuangan (audited) tahun 2021, Garuda secara grup mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,33 miliar dolar AS atau turun 10,43 persen dibandingkan dengan pendapatan usaha pada tahun 2020.
Pendapatan usaha itu didukung oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,04 miliar dolar AS, penerbangan tidak berjadwal sebesar 88,05 juta dolar AS, dan pendapatan lainnya sebesar 207 juta dolar AS.
Sepanjang tahun lalu, Garuda secara grup turut mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 21,03 persen menjadi 2,6 miliar dolar AS bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa tahun 2021 adalah fase puncak pandemi dengan tingkat positive rate tertinggi sepanjang pandemi berlangsung di Indonesia.
Kondisi tersebut yang berdampak secara langsung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk terbang, sehingga terjadi penurunan trafik penumpang secara signifikan sepanjang tahun lalu.
Berita Terkait
-
Garuda Indonesia Diminta Fokus Rute Domestik dan Layanan Kargo, Pakar: Biar Gak Rugi!
-
Menteri BUMN Akan Buat Sarinah Mini di Sejumlah Bandara
-
Heboh Pegawai Honorer Disdik Digerebek Suami, Berduaan Pria Pegawai BUMN di Hotel Ternama
-
Menteri BUMN Erick Thohir Bakal Bikin Sarinah Mini di Sejumlah Bandara
-
Resmikan Sarinah, Presiden Jokowi Senang Produk Lokal Dipamer Secara Detail
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Perkuat Ekonomi Kerakyatan, Holding Ultra Mikro BRI Salurkan Rp632 Triliun pada 34,5 Juta Debitur
-
Dorong Pemanfaatan Teknologi AI Inklusif, Telkom dan UGM Jalin Kerja Sama Strategis
-
OCA AI Assistant Tingkatkan Interaksi Pelaku Usaha dengan Pelanggan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
RI Dinilai Butuh UU Migas Baru untuk Tarik Investor Jangka Panjang
-
KB Bank Bangkitkan Semangat Wirausaha Muda, Gen Z Ramaikan GenKBiz dan Star Festival Batam 2025
-
Rupiah Dibuka Keok Lawan Dolar Amerika Serikat
-
IHSG Perkasa di Awal Sesi Perdagangan, Apa Pendorongnya?
-
Emas Antam Mulai Naik Lagi, Harganya Tembus Rp 2.351.000 per Gram
-
Bos Garuda Indonesia Bicara Suntikan Dana Rp 23,67 Triliun dari Danantara