Suara.com - Para ekonom dunia memprediksi resesi besar-besaran bakal terjadi pada tahun 2023. Alasannya bank sentral Amerika The Fed hanya memiliki nol pertumbuhan M2 tanpa disadari.
M2 adalah ukuran jumlah uang beredar yang meliputi uang tunai, giro dan tabungan, dan saham dalam reksa dana uang eceran. M2 telah mengalami stagnasi sejak Februari 2022 akibat pandemi Covid-19.
Resesi adalah masa di mana terjadi penurunan roda perekonomian yang ditandai dengan melemahnya produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut.
Di Indonesia, Resesi 2020 adalah resesi kedua setelah 1998 dan menjadi yang terparah. The Balance menyebutkan penyebab resesi adalah kenaikan tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan terjadinya kontraksi pada pendapatan manufaktur untuk periode yang cukup panjang.
Faktor pendukung resesi lainnya adalah wabah penyakit seperti pada resesi 2020. Resesi biasanya ditandai dengan penurunan pertumbuhan ekonomi hingga nol persen atau bahkan minus.
Sementara itu, Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan, sejak April prospek ekonomi dunia semakin suram dan ia mengakui ancaman resesi yang semakin meningkat.
Disampaikan oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, pihaknya akan menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi global 3,6 persen buat ketiga kalinya tahun ini, menambahkan bahwa para ekonom IMF masih menyelesaikan angka-angka baru.
IMF diprediksi segera menerbitkan perkiraan terbarunya untuk 2022 dan 2023 pada akhir Juli, setelah memangkas perkiraannya hampir satu poin persentase penuh pada April. Ekonomi global tumbuh sebesar 6,1 persen pada tahun 2021.
"Prospek sejak pembaruan terakhir kami pada April telah menjadi suram secara signifikan," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara, mengutip penyebaran inflasi yang lebih universal, kenaikan suku bunga yang lebih substansial, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, dan meningkatnya sanksi terkait dengan perang di Ukraina.
Baca Juga: Jokowi Klaim Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia Lebih Baik Dari Amerika Serikat
Risiko Resesi di Indonesia Meningkat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan target penerimaan pajak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2023 dirancang dengan hati-hati dan dengan tingkat kewaspadaan tinggi. Hal itu disebabkan untuk menahan risiko resesi ekonomi global yang meningkat.
“Pada saat yang sama, berbagai langkah reformasi perpajakan dengan pemberlakuan UU HPP, serta perbaikan dan penyederhanaan layanan pembayaran pajak diharapkan akan terus menjaga kesinambungan penerimaan pajak negara. Instrumen perpajakan harus terus digunakan juga sebagai insentif di dalam mendorong pertumbuhan dan investasi,” kata Sri dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-3 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2022-2023, Selasa (30/8/2022).
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Kunjungi Iran, GKSB Perkuat Kerja Sama Bidang Ekonomi dan Energi
-
Harap-Harap Cemas Harga Pertalite Naik, Malam Ini Diumumkan Jam Berapa?
-
Canada Siap Bantu Indonesia Kembangkan Ekonomi Digital
-
Pemerintah Beri Solusi BLT untuk Imbangi Kenaikan BBM, Menurut Pakar Ini Tak Sebanding
-
Jokowi Klaim Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia Lebih Baik Dari Amerika Serikat
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya