Suara.com - Dinamika dunia kerja masa kini memunculkan dua istilah baru, Quiet Quitting dan Quiet Firing. Istilah pertama merujuk pada bekerja sekadarnya, tidak melakukan lebih dari tugas, dan memprioritaskan kehidupan di luar pekerjaan. Sementara itu, Quite Firing merupakan kondisi di mana karyawan dipaksa resign atau bos memecat secara diam-diam.
Melansir Times of India, istilah Quiet Firing ini muncul dalam budaya kerja modern yang sangat dinamis dan cepat. Kerja sangat sibuk membuat karyawan hanya fokus pada kejaran target.
Akibatnya, mereka sulit menemukan tim yang solid, apalagi atasan dan mentor. Budaya kutu loncat di kalangan pekerja juga membuat pergantian anggota tim berjalan lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Faktor-faktor ini kemudian membuat manajer atau pengambil keputusan tidak terlalu peduli dengan pengembangan karier karyawan.
Alih-alih tumbuh, banyak bos yang kerap kali menurunkan motivasi kerja. Dengan demikian Quiet Firing atau karyawan yang dipaksa resign karena keadaan kerap kali terjadi. Para karyawan merasa tidak berkembang dan memilih resign. Padahal, justru perlakuan bos-lah yang membuat pekerja resign.
Ada juga manajer yang mencoba menghentikan karyawan untuk mengambil proyek atau posisi tertentu. Mereka mencoba menghalangi karyawan tersebut dan bahkan menghalangi peluang mereka untuk mendapatkan promosi atau kenaikan gaji.
Kadang-kadang, karyawan mengundurkan diri karena mereka merasa bahwa bos bisa memecat sewaktu-waktu. Status dipecat yang tertera dalam CV bisa distigma oleh perusahaan baru sehingga membuat karyawan lebih kesulitan menemukan pekerjaan pengganti. Padahal lingkungan kerja yang sangat melelahkan dan beracun justru membuat mereka tidak produktif.
Faktor Keterlibatan Manajer
Manajer mencoba untuk diam-diam memecat karyawan yang tidak bisa dekat dengan dirinya. Sebagai contoh jika karyawan tidak mampu mencapai target kerja tertentu mereka dianggap tidak produktif dan tidak dibutuhkan tanpa mempertimbangkan faktor kesungguhan dalam bekerja.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 3 Cara Efektif Kelola Talenta Gen Z di Dunia Kerja
Bos yang ingin memecat akan mencoba menjauhkan karyawan dengan kasus ini dari tim ketimbang memberi masukan yang jujur tentang kinerja. Mereka mencoba membuat karyawan merasa ditinggalkan, tidak terlibat, dan pada akhirnya membuat karyawan meninggalkan tim dengan sendirinya.
Kondisi ini akan menghindarkan perusahaan dari PHK dengan skema pesangon yang lebih besar. Lagipula, atasan sering tidak memiliki waktu, kesabaran, atau energi untuk memberi masukan kepada karyawan karena target kerja sudah mencekik.
Quiet Firing bukan hanya budaya kerja yang beracun tetapi juga membuat seorang karyawan benar-benar kehilangan motivasi. Mereka tidak memiliki kepercayaan diri atau harga diri untuk mulai bekerja di tempat kerja yang berbeda karena yang sebelumnya secara tidak langsung memaksa mereka untuk berhenti. Praktik ini harus dihentikan.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
- 
            
              Mengenal Apa Itu Quiet Firing, Kultur Toksik di Dunia Kerja Mirip Quiet Quitting
- 
            
              4 Tanda Orang yang Melakukan Quiet Quitting, Menolak Kerja Berlebihan!
- 
            
              3 Tanda Kamu Harus Resign dari Pekerjaan, Segera Kenali Cirinya!
- 
            
              Wapres Dorong Negara-negara G20 Ciptakan Dunia Kerja yang Inklusif
- 
            
              Wajib Tahu, Ini 3 Cara Efektif Kelola Talenta Gen Z di Dunia Kerja
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
- 
            
              Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
- 
            
              Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
Terkini
- 
            
              Emiten Pengelola Limbah Ini Raup Pendapatan Rp148 Miliar di Kuartal III 2025
- 
            
              Emiten Kongsian Aguan-Salim Catat Marketing Sales Rp1,98 T di Kuartal III 2025
- 
            
              Selaras Pembangunan Nasional, NHM Revitalisasi Akses Air Bersih Warga Desa Kusu Lovra
- 
            
              Urban Sneaker Society 2025 Presented by BRImo: Kolaborasi Gaya Hidup dan Inovasi Digital
- 
            
              Harita Nickel Cetak Pendapatan Rp22,4 Triliun, Kuatkan Komitmen ESG Lewat Audit IRMA Terb
- 
            
              UCJ Purwakarta di Atas Angka Nasional, Ketua Dewas Optimistis Bisa Segera Capai 100%
- 
            
              Ahli Ungkap Efektivitas dan Tantangan Program MBG
- 
            
              Danantara Sebut Ekspatriat di Garuda Indonesia Bawa Contoh Sukses yang Wajib Ditiru
- 
            
              Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
- 
            
              IHSG Naik ke 8.184 di Akhir Bulan, Pasar Saham Mulai Rebound?