Suara.com - Harga minyak dunia anjlok lebih dari USD2 pada perdagangan Selasa, penurunan ini disebabkan sentimen atas kekhawatiran wabah Covid-19 China yang kian memburuk.
Mengutip CNBC, Rabu (9/11/2022) minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, ditutup anjlok USD2,88, atau 3,14 persen menjadi USD88,91 per barel, memperpanjang penurunan sesi sebelumnya mendekati 1 persen. Sesi terendah pada perdagangan Selasa adalah USD88,69.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melorot USD2,56, atau 2,6 persen menjadi USD95,36 per barel setelah merosot serendahnya di USD95,13.
"Pasar memasuki hari ini dengan tingkat skeptisisme tertentu seputar pemilu (paruh waktu). Pasar menunggu untuk melihat apa hasilnya adalah tipe situasi di sini," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho di New York.
Pada Senin, kedua tolok ukur mencapai level tertinggi sejak Agustus di tengah laporan bahwa para pemimpin China sedang mempertimbangkan untuk keluar dari pembatasan ketat Covid-19 di negara itu.
Tetapi kasus baru melonjak di Guangzhou dan kota-kota China lainnya, meredupkan prospek pembatasan yang lebih longgar.
"Meningkatnya kasus Covid di China ada di radar sebagian besar trader pagi ini, karena berita penguncian terus berlanjut," kata Dennis Kissler, Senior Vice President of Trading BOK Financial.
Bursa ICE, rumah bagi patokan Brent, menaikkan initial margin rates bagi minyak mentah berjangka Brent front-month sebesar 4,92 persen membuat mempertahankan posisi berjangka lebih mahal dari penutupan bisnis pada Selasa.
Pelaku pasar, khawatir inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga dapat memicu resesi global, juga akan mencermati data indeks harga konsumen Amerika yang dirilis Kamis.
Baca Juga: China Masih Galau Buka Lockdown, Harga Minyak Dunia Ambles
Selasa, EIA memangkas prospek permintaan energi Amerika untuk 2023 dan memperkirakan produksi AS untuk tahun depan akan 21 persen lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya.
Produsen minyak Diamondback Energy juga memperingatkan bahwa industri shale-oil Amerika akan terus berjuang untuk meningkatkan produksi pada kecepatan saat ini, dengan biaya sumur baru kemungkinan melesat.
Larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia, yang diberlakukan sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina, bakal dimulai 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Tahapan Pengajuan KPR 2026, Kapan Sertifikat Rumah Diserahkan?
-
Harga Emas Antam Naik Konsisten Selama Sepekan, Level Dekati 2,5 Jutaan
-
Inilah PT Tambang Mas Sangihe yang Ditolak Helmud Hontong Sebelum Meninggal Dunia
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun