Suara.com - Pemerintah diminta membentuk aliansi berbasis produsen komoditas usai kalah melawan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait gugatan larangan ekspor biji nikel.
"Model persekutuan dagang berbasis produsen komoditas, seperti OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi) itu, mendesak untuk kita lakukan. Semacam aliansi antarnegara berbasis komoditas, misalnya untuk batu bara. Kita bisa membangun persekutuan dengan Afrika Selatan, Rusia, Australia sebagai sesama produsen. Untuk nikel, bisa dengan Kaledonia, Filipina," kata Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar.
Ia mengatakan, aliansi itu bisa berperan dalam menjaga stabilitas harga dan menjamin pasokan komoditas, bahkan membuat para negara anggota lebih mandiri dalam menentukan kuantitas ekspor.
Terkait kekalahan Indonesia dalam gugatan larangan ekspor biji nikel di WTO, Muhaimin berpendapat hal tersebut dapat menguntungkan negara-negara lain.
"Pembatasan atau pelarangan ekspor bahan mentah merupakan policy (kebijakan) nasional kita untuk mendorong kepentingan hilirisasi industri dalam negeri. Namun, pemaksaan ekspor ini malah akan menguntungkan negara-negara lain, khususnya negara barat," jelasnya.
Sehingga, dia menilai Indonesia perlu membentuk aliansi berbasis produsen komoditas agar kepentingan hilirisasi industri dalam negeri tetap terjaga.
Menurut dia, Indonesia merupakan negara produsen nikel dan sawit terbesar dunia, penghasil timah nomor dua terbesar di dunia, penghasil batu bara nomor empat terbesar di dunia, pemilik cadangan gas terbesar se-Asia Pasifik, serta produsen karet nomor enam terbesar di dunia.
"Kalau kita tidak bersekutu dengan sesama produsen, kita akan terus jadi sasaran pemaksaan dan blackmail dari negara-negara barat. Lah, wong barangnya punya kita kok mereka yang maksa-maksa?" ujar Muhaimin.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Tetap Hentikan Ekspor Bahan Mentah Nikel Meski Kalah di WTO
Berita Terkait
-
Jadi Kekuatan Besar Kendaraan Listrik Dunia, DPR: Indonesia Miliki Posisi Tawar Tinggi
-
'Dimusuhi' Uni Eropa Gegara Larang Ekspor Nikel, Menteri Bahlil: Nyali Kita Gak Kecil!
-
Indonesia Siap-siap Naikkan Pajak Ekspor Nikel Usai Kalah dari Uni Eropa di WTO
-
Uni Eropa Tidak Senang Saat Indonesia Berkembang, Gugatan WTO Jadi Buktinya
-
Jokowi Tegaskan Tetap Hentikan Ekspor Bahan Mentah Nikel Meski Kalah di WTO
Terpopuler
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
Terkini
-
Jadwal Magang Nasional 2025 Batch 2: Dapatkan Uang Saku UMK dan Sertifikasi
-
Belum Ada Kata Sepakat, Shell Indonesia Mau Temui Pemerintah Lagi Bahas Stok BBM
-
Nego Alot, SPBU Vivo Dekati Kesepakatan Beli BBM 100 Ribu Barel dari Pertamina
-
100.565 Rekening Telah Diblokir Terkait Penipuan, Total Kerugian Masyarakat Capai Rp 7,5 Triliun
-
Bos Pertamina Patra Niaga Cek Kualitas BBM di Yogyakarta, Begini Hasilnya
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
ESDM: Meski Sudah Diuji BBM Bobibos Belum Tersertifikasi
-
Pupuk Indonesia Akan Revitalisasi 7 Pabrik Pupuk Tua, Cegah Pemborosan
-
Menteri Bahlil Kebut 18 Proyek Hilirisasi Energi, Target 2026 Jalan
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai