Suara.com - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus yang besar pada November 2022, yaitu sebesar US$5,16 miliar. Ini merupakan surplus 30 bulan secara beruntun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan surplus ini tak lepas dari komitmen pemerintah yang gencar dalam melakukan nilai tambah terhadap komoditas ekspor mentah Indonesia.
"Indonesia berkali-kali menikmati ledakan komoditas dalam sejarah kita.Tetapi surplus perdagangan ini didukung karena sebagian bahan mentah sekarang telah diproses dan memberikan nilai tambah bagi perdagangan kita," kata Sri Mulyani dalam acara World Bank Indonesia Economic Prospects Report, Kamis (15/12/2022).
Diketahui memang Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat gencar melakukan hilirisasi agar memberikan nilai tambah terhadapa ekpsor komoditas mentah, diantaranya nikel hingga bauksit. Tak hanya itu saat ini lanjut Sri Mulyani Pemerintah juga tengah mengembangkan sektor manufaktur untuk mentransformasi ekonomi Indonesia.
"Jadi manufaktur sebenarnya adalah transformasi perekonomian Indonesia. Tidak hanya nilai tambah, lebih sehat dan lebih baik, dalam hal ini untuk tenaga kerja tetapi juga untuk modal," katanya.
Mengutip data BPS, Kamis (15/12/2022) nilai ekspor Indonesia November 2022 mencapai US$24,12 miliar atau turun 2,46 persen dibanding ekspor Oktober 2022. Dibanding November 2021 nilai ekspor naik sebesar 5,58 persen.
Ekspor nonmigas November 2022 mencapai US$22,99 miliar, turun 1,94 persen dibanding Oktober 2022, sementara itu naik 6,88 persen jika dibanding ekspor nonmigas November 2021.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–November 2022 mencapai US$268,18 miliar atau naik 28,16 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$253,61 miliar atau naik 28,04 persen.
Nilai impor Indonesia November 2022 mencapai US$18,96 miliar, turun 0,91 persen dibandingkan Oktober 2022 atau turun 1,89 persen dibandingkan November 2021.
Impor migas November 2022 senilai US$2,80 miliar, turun 16,64 persen dibandingkan Oktober 2022 atau turun 7,30 persen dibandingkan November 2021.
Impor nonmigas November 2022 senilai US$16,16 miliar, naik 2,45 persen dibandingkan Oktober 2022 atau turun 0,89 persen dibandingkan November 2021.
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar November 2022 dibandingkan Oktober 2022 adalah serealia US$91,6 juta (25,28 persen). Sedangkan peningkatan terbesar adalah mesin/peralatan mekanis dan bagiannya US$222,8 juta (8,50 persen).
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Menkeu Purbaya Buka Lowongan Kerja Besar-besaran, Lulusan SMA Bisa Melamar jadi Petugas Bea Cukai
-
Pajak UMKM 0,5 Persen Bakal Permanen? Purbaya: Tapi Jangan Ngibul-ngibul Omzet!
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Aguan Punya Mal Baru Seluas 3,3 Hektare, Begini Penampakkannya
-
Gudang Beku Mulai Beroperasi, BEEF Mau Impor 16.000 Sapi Tahun Depan
-
Proses Evaluasi Longsor di Tambang PT Freeport Selesai Antara Maret atau April
-
Bahlil Dorong Freeport Olah Konsentrat Tembaga Amman
-
Purbaya Pesimis DJP Bisa Intip Rekening Digital Warga Tahun Depan, Akui Belum Canggih
-
Sempat Tolak, Purbaya Akhirnya Mau Bantu Danantara Selesaikan Utang Whoosh
-
Purbaya Duga Pakaian Bekas Impor RI Banyak dari China, Akui Kemenkeu Lambat Tangani