Suara.com - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, pelaku pasar atau para investor dapat berlindung pada instrumen surat utang atau obligasi, ditengah kondisi pasar saham yang tertekan akibat sentimen negatif dari perkiraan Amerika Serikat yang akan mengalami resesi.
Terlebih, pada tahun ini, akan menjadi tahunnya investasi obligasi, mengingat berakhirnya siklus pengetatan moneter di dalam negeri.
Sementara itu, di luar negeri, khususnya Amerika Serikat, siklus pengetatan moneter kemungkinan akan berakhir pada semester I 2023.
Adapun kondisi fundamental makro-ekonomi dan perbankan yang masih kuat, serta tingkat imbal hasil yang kompetitif mendorong daya tarik pasar obligasi di Indonesia.
Menurut Head of Fixed Income Mirae Asset, Nita Amalia, investasi pada instrumen surat utang atau obligasi, khususnya obligasi pemerintah (SBN) menjadi cukup menarik, karena saat ini tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia sudah mencapai puncaknya yang sebesar 5,75 persen.
“Kami menilai investasi pada obligasi tenor menengah-panjang cukup menarik saat ini, agar dapat memanfaatkan momentum harga yang masih menarik di tengah suku bunga yang masih tinggi,” ujar Nita dikutip Jumat (14/4/2023).
Di sisi lain, lanjut Nita, saat ini, obligasi bertenor pendek masih cenderung berfluktuasi, mengingat prospek ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian.
Sejak awal tahun, return obligasi juga masih positif terutama seiring dengan semakin tingginya kepercayaan investor asing pada efek utang pemerintah Indonesia.
Ketertarikan tersebut dicerminkan oleh porsi kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh investor asing yang mencapai Rp818,53 triliun atau setara dari 14,89 persen dari nilai beredar pada akhir Maret.
Baca Juga: Isu Ancaman Resesi 2023, Bisnis Mitrabangun.id Malah Menanjak
Posisi investor asing pada obligasi pemerintah tersebut, naik dari Rp762,19 triliun atau 14,36 persen dari nilai beredar per akhir 2022.
Lebih lanjut diungkapkan, selain masuknya investor asing ke pasar efek utang Indonesia, ada dua faktor positif lain yang dapat mendukung return investasi investor pada obligasi, yaitu sifat obligasi yang stabil dengan potongan pajak yang rendah, serta naiknya target nilai penerbitan obligasi pemerintah tahun ini.
Dari sisi sifat instrumen, obligasi sering dianggap sebagai instrumen yang lebih stabil dan lebih pasti dibanding dengan instrumen investasi lain, atau bahkan sering dinyatakan sebagai “penjaga kekayaan” karena pergerakannya stabil.
Dengan kupon pada mayoritas obligasi yang menjadi instrumen investasi retail menggunakan skema suku bunga tetap atau fixed rate, maka investor tidak perlu khawatir terhadap arus kasnya, karena keuntungan bunga atau bagi hasil obligasi akan dibagikan secara berkala.
Di kesempatan yang sama, Senior Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto menambahkan, bahwa persepsi risiko pasar akan membaik pada semester II 2023.
Untuk saat ini, kebijakan moneter masih fokus kepada stabilitas, sampai dengan adanya kepastian mengenai arah suku bunga di AS.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen