Suara.com - Harga minyak dunia turun 3% pada Rabu (17/4), (Kamis Pagi) terdampak dari kenaikan persediaan komersial AS serta data ekonomi yang lebih lemah dari Tiongkok.
Seperti dilansir dari Reuters, Minyak mentah jenis Brent berjangka untuk pengiriman bulan Juni turun USD 2,73, atau 3 persen, menjadi USD 87,29 per barel.
Sementara, minyak mentah berjangka AS untuk bulan Mei turun USD 2,67 atau 3,1% menjadi USD 82,69 per barel. Penurunan ini juga yang terbesar sejak 20 Maret.
Harga minyak telah melemah pada minggu ini karena gejolak ekonomi membatasi peningkatan ketegangan geopolitik, dan pasar mengamati bagaimana Israel mungkin menanggapi serangan Iran pada akhir pekan.
Para analis tidak memperkirakan serangan rudal dan drone Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel akan memicu sanksi dramatis AS terhadap ekspor minyak Iran.
Persediaan minyak mentah AS naik 2,7 juta barel menjadi 460 juta barel pada pekan lalu.
Selain itu, harga minyak terus menurun setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Mike Johnson mengatakan klausul dari empat rancangan undang-undang yang memberikan bantuan kepada Ukraina, Israel dan Indo-Pasifik akan diajukan segera. Rancangan undang-undang keempat itu juga memuat langkah-langkah lain untuk menghadapi Rusia, Tiongkok dan Iran.
“Pasar sedang menunggu untuk melakukan aksi jual di tengah indikasi meredanya ketegangan di Timur Tengah. Kemajuan dalam rancangan undang-undang ini dan penundaan tiga hari dalam respons Israel terhadap Iran sangat membantu saat ini," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC. di New York.
Pejabat tinggi Federal Reserve termasuk Ketua Jerome Powell pada hari Selasa tidak memberikan komentar apa pun tentang kapan suku bunga dapat diturunkan.
Baca Juga: Satu Dolar AS Tembus Rp16.252, Menko Airlangga Sebut Lebih Baik dari China
Sedangkan, tingkat inflasi Inggris melambat kurang dari perkiraan pada bulan Maret, menandakan bahwa penurunan suku bunga pertama yang dilakukan oleh Bank of England mungkin juga lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
Namun, inflasi melambat di seluruh zona euro pada bulan lalu, memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa pada bulan Juni.
"Tren penguatan dolar AS dan kemampuan stok minyak mentah meningkat di tengah berkurangnya impor Meksiko dan peningkatan pengisian ulang SPR juga mengirimkan getaran bearish," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
Terkini
-
Menkeu Baru Diingatkan Buat Kebijakan Realistis, INDEF: Belanja Negara Perlu Ditata Ulang
-
IHSG Berbalik Rebound di Sesi I, Apa Pemicunya?
-
Thaksin Shinawatra Dipenjara Karena Korupsi, Danantara Angkat Bicara Soal Perannya
-
UMKM Kombucha Beromzet Nasional Lahir dari BRILiaN, Inisiatif Hebat BRI untuk Pengusaha Muda
-
PM Qatar Sebut Netanyahu Orang Narsis Tanpa Moral Usai Israel Serang Doha
-
Investasi Aman di BRI: Beli Sukuk Ritel Dapat Cashback Hingga Rp17 Juta
-
Promo Attack Chicken KFC Cuma Rp10.909 Tiap Rabu di Bulan September!
-
Adu Cepat! 5 Link DANA Kaget Pagi Ini Diserbu, Saldo Ratusan Ribu Langsung Cair
-
Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
-
Biar Nggak Dibobol Maling, Brad Pitt Pilih Beli Rumah Senilai Rp 198 Miliar