Suara.com - Di tengah dorongan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan kolaborasi regional, Malaysia-China Summit (MCS) 2024 atau KTT Malaysia-Tiongkok 2024, diakui oleh pelaku usaha Indonesia sebagai wadah yang dapat mendorong kolaborasi dan perdagangan internasional.
Para pengusaha Indonesia diekspektasikan untuk mengirim delegasi ke KTT prestisius ini yang akan diadakan di Kuala Lumpur pada bulan Desember mendatang.
Acara jaringan yang diadakan di Jakarta hari ini menyoroti pentingnya memperkuat hubungan ekonomi dalam ASEAN dan bagaimana MCS 2024 dapat menjadi peluang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi dan kolaborasi antar negara. MCS 2024 menekankan manfaat kolektif dan kepentingan bersama dalam integrasi ekonomi regional.
Hubungan Malaysia-Indonesia Menguat
H.E. Dato' Syed Mohamad Hasrin Tengku Hussin, Duta Besar Malaysia untuk Republik Indonesia, dalam sambutannya mengatakan, “MCS 2024 bukan hanya titik pertemuan bagi para pelaku usaha, tetapi juga menjadi katalisator untuk memperkuat hubungan dalam ASEAN, khususnya antara Malaysia dan Indonesia. KTT ini akan dilaksanakan bersamaan dengan Perayaan Ulang Tahun ke-50 hubungan bilateral Malaysia dengan Tiongkok."
Dato’ Syed Mohamad Hasrin memberikan sambutan yang diwakili oleh Mr. Farzamie Sarkawi, Deputy Chief of Mission of the Embassy of Malaysia in Jakarta dalam acara Networking Series MCS 2024 di Jakarta sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan konferensi ini di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia. Acara serupa juga akan diadakan di Bangkok, Thailand bulan depan.
Kesempatan Emas bagi Pengusaha Indonesia
Ketua BPC HIPMI Jakarta Barat, Ir. Rika Amelia Rush, menyatakan bahwa MCS 2024 adalah kesempatan luar biasa bagi pengusaha Indonesia untuk menampilkan keahlian dan inovasi mereka. "MCS 2024 menyediakan wadah untuk menampilkan kemampuan, produk, dan layanan inovatif, serta menjangkau audiens luas di ASEAN dan Tiongkok. KTT ini memungkinkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang berdampak, sehingga meningkatkan kehadiran kami di panggung global," ujarnya.
MCS 2024, yang akan diadakan pada 17-19 Desember 2024 di Malaysia International Trade and Exhibition Centre (MITEC) di Kuala Lumpur, diselenggarakan oleh Malaysia External Trade Development Corporation (MATRADE) dan Qube Integrated Malaysia Sdn Bhd. Acara ini memperingati 50 tahun hubungan bilateral Malaysia-Tiongkok dan menjanjikan platform yang dinamis untuk perdagangan dan investasi, mendorong integrasi ekonomi dan kerja sama antara negara-negara ASEAN dan Tiongkok.
Baca Juga: Periksa Pengusaha Zahir Ali di Kasus Lahan Rorotan, KPK Ungkap Alasannya!
Mengintegrasikan ASEAN untuk Masa Depan
Meskipun MCS 2024 merupakan acara antara Malaysia dan Tiongkok, Dato’ Syed Mohamad Hasrin menekankan dampaknya meluas jauh melampaui kedua negara ini. "Mengintegrasikan ASEAN ke dalam konferensi ini adalah langkah strategis yang penting untuk meningkatkan ketahanan dan daya saing ekonomi kawasan ini," katanya.
Manfaat Bagi Pelaku Usaha dan Ekonomi Indonesia
Richard Teo, Ketua Eksekutif Qube Integrated, menyoroti manfaat besar bagi bisnis Indonesia yang berpartisipasi dalam KTT ini. “Ini adalah platform ideal bagi pelaku untuk memperluas jaringannya dengan lebih dari 500 peserta pameran dan 10.000 pengunjung. Ini akan mendorong koneksi dengan perusahaan terkemuka dari Malaysia, Tiongkok, dan negara-negara ASEAN lainnya.”
Tema konferensi, “Prosperity Beyond 50,” menandakan kemitraan jangka panjang antara Malaysia dan Tiongkok sambil membuka peluang untuk masa yang akan datang. Partisipasi Indonesia sangat penting mengingat hubungan perdagangan yang kuat antara Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 2023, perdagangan bilateral mencapai RM 111,21 miliar (USD 24,39 miliar), menjadikan Indonesia mitra dagang terbesar ketujuh Malaysia secara global dan ketiga terbesar di ASEAN.
Dengan Malaysia yang akan mengetuai ASEAN pada tahun 2025, MCS 2024 selaras dengan visi ASEAN yakni kawasan yang makmur dan terhubung. Perusahaan-perusahaan Indonesia diundang untuk berpartisipasi dalam acara transformasional ini, yang menjanjikan masa depan yang lebih terintegrasi dan kolaboratif di dalam ASEAN.
Berita Terkait
Terpopuler
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 6 Oktober 2025, Banjir Ribuan Gems dan Kesempatan Klaim Ballon d'Or
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga Mulai Rp6 Jutaan, Ramah Lingkungan dan Aman Digunakan saat Hujan
Pilihan
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
-
Panjatkan Doa Khusus Menghadap Kabah, Gus Miftah Berharap Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia
-
Profil PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP): Emiten Resmi Dicaplok ASII
Terkini
-
Dirut BSI Tunggu Menkeu Purbaya untuk Jelaskan Penyerapan Dana Titipan Pemerintah
-
Investasi Makin Mudah, BNI Tawarkan ORI028 Lewat wondr by BNI
-
Atasi Konflik Tambang, Menkop Usul IUP Timah Dikelola Koperasi Merah Putih
-
Pembiayaan Iklim Jadi Tantangan, Indonesia Butuh USD 28 Miliar untuk Transisi Hijau
-
Pertamina Pastikan Pertalite Tidak Mengandung Etanol
-
Kandungan Etanol di BBM Pertamina Bikin Heboh, Ternyata Sudah jadi Tren Global
-
Setelah Izin Dibekukan, Sejumlah Perusahaan Tambang Mulai Bayar Reklamasi
-
Rosan: Butuh Investasi Rp 13 Triliun Agar Ekonomi Tumbuh 8 Persen di 2029
-
Investor Banyak Lakukan Aksi Jual Untung Picu IHSG Anjlok Hari Ini
-
Kartika Wirjoatmodjo Alias Tiko Berhenti Jadi Wamen BUMN