Suara.com - Presiden Prabowo Subianto dikabarkan akan melakukan reshuffle pada Kabinet Merah Putih pada Rabu (19/2/2025) sore ini.
Salah satu sosok yang disebut-sebut bakal menjadi pengganti pada reshuffle Kabinet Merah Putih ini, yakni Prof Brian Yuliarto.
Prof Brian Yulianto merupakan salah satu ilmuwan terkemuka di Indonesia yang berkontribusi besar dalam bidang nanoteknologi yang telah banyak melakukan penelitian dan inovasi yang berdampak luas.
Nama yang mencuat bakal di reshuffle yakni Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro, seusai bulan lalu menjadi sorotan karena ramai-ramai didemo ratusan pegawainya.
Lantas, siapa sebenarnya Prof Brian Yulianto ini? Dilansir dari laman FTI ITB, berikut profil serta perjalanan kariernya.
Profil Prof Brian Yulianto
Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung (ITB)
Penerima Habibie Prize 2024
Spesialisasi: Material metal oksida, material nano, thin film, dan energi
Perjalanan Karier Prof Brian Yulianto
Menyelesaikan pendidikan S1 di ITB pada tahun 1998
Melanjutkan pendidikan S2 di University of Twente, Belanda dan lulus pada tahun 2001
Meraih gelar PhD di University of Twente pada tahun 2006
Kembali ke Indonesia dan mengajar di ITB
Baca Juga: Di Balik Penolakan Makan Gratis di Papua: Ketimpangan Pendidikan dan Trauma Konflik
Kontribusi Prof Brian Yulianto
Prof Brian Yulianto telah banyak melakukan penelitian dan inovasi yang berdampak luas, di antaranya:
1. Pengembangan teknologi nano untuk aplikasi di bidang energi, lingkungan, dan kesehatan
2. Penelitian tentang material metal oksida untuk aplikasi di bidang elektronika dan optika
3. Pengembangan thin film untuk aplikasi di bidang industri dan manufaktur
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) disitus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Brian Yulianto memilik jumlah harta mencapai Rp18,6 milliar pada tahun 2023.
Sebagian besar kekayaan Brian terkonsentrasi pada aset tanah dan bangunan, dengan nilai total mencapai Rp 18.075.000.000. Aset-aset ini tersebar di beberapa lokasi, termasuk Bandung, Bekasi, dan Karawang.
Di Bandung, terdapat beberapa properti yang signifikan, termasuk tanah dan bangunan seluas 647 m2/217 m2 yang diperoleh melalui hibah tanpa akta dengan nilai Rp 7.750.000.000. Selain itu, ada juga properti lain dengan status kepemilikan "hasil sendiri" dan "hibah tanpa akta".
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya
-
Purbaya Akui Pertumbuhan Ekonomi Q3 2025 Lambat, Tapi Warga Mulai Percaya Prabowo