Suara.com - Dengan tarif yang menciptakan ketidakpastian ekonomi, banyak warga Amerika serta dunia mempertimbangkan kembali tabungan darurat mereka. Salah satunya menyimpan sejumlah uang tunai di rumah.
Tidak semua perencana keuangan menganggap uang tunai penting, tetapi beberapa orang mengatakan sebaiknya menyimpan sejumlah kecil uang tunai untuk berjaga-jaga. Hal ini jika terjadi pemadaman listrik, bencana alam, atau gangguan pada layanan keuangan atau negara alami krisis.
"Saya akan merasa nyaman dengan uang tunai sebesar 500 hingga 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 16,7 juta untuk masalah yang tidak terduga" seperti badai," kata Matthew Saneholtz, perencana keuangan bersertifikat di Tobias Financial Advisors di Florida dilansir CNBC International, Jumat (18/4/2025).
Menurut dia menyimpan uang tunia sebanyak 300 hingga 500 dollar AS di rumah untuk keadaan darurat atau pengeluaran tak terduga adalah keputusan yang benar. Apalagi, menyimpan uang tunai di rumah adalah "pilihan pribadi. Sebab, uang tunai dapat "berguna" dalam beberapa situasi, ia memperingatkan agar tidak terlalu bergantung padanya.
"Saya tidak akan berlebihan dengan uang tunai fisik, karena tidak diasuransikan oleh FDIC dan tidak menghasilkan bunga," kata kata Melissa Caro, CFP dan pendiri My Retirement Network.
Asuransi FDIC menanggung hingga $250.000 per orang, per bank, di semua rekening, jika bank yang diasuransikan FDIC bangkrut. Namun, Anda menyimpan uang tunai di rumah juga harus berhati-hatilah. Untuk itu pilihlah tempat yang tidak bisa diambil oleh pencuri salah satunya di berankas.
"Bahkan jika Anda merasa barang-barang ini disimpan dengan aman di brankas, menyebarkan informasi ini kemungkinan akan membuat Anda menjadi sasaran pencuri," katanya.
Selain sejumlah kecil uang tunai di rumah, sekarang adalah waktu yang tepat untuk meninjau kembali dana darurat Anda. Perencana keuangan biasanya menyarankan untuk menyimpan dana tiga hingga enam bulan untuk pengeluaran penting dalam rekening giro atau tabungan berbunga tinggi. Atau tempat yang mudah diakses, tetapi terpisah dari pengeluaran sehari-hari Anda.
Namun dengan ketidakpastian ekonomi yang lebih besar, Anda mungkin ingin memperluas tabungan tersebut hingga pengeluaran selama setahun. "Jika Anda bekerja di industri yang kemungkinan akan terjadi PHK usahakan sekitar sembilan hingga 12 bulan," kata Saneholtz.
Baca Juga: Harga Emas Terbang Tinggi! Saatnya Investasi atau Justru Jual Simpanan?
Apalagi banyak orang Amerika yang tidak memiliki tabungan darurat. Sekitar 42% tidak memiliki tabungan darurat, dan 40% tidak dapat menutupi pengeluaran sebesar 1.000 dollar AS Jika Anda memulai dari nol, ingatlah bahwa memiliki dana cadangan lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Jika Anda mulai dari 50 dollar AS, itu lebih banyak dari yang Anda miliki bulan lalu. Dari sana, cobalah untuk menambah tabungan Anda sesuai anggaran yang memungkinkan, terutama dengan memangkas pengeluaran yang tidak penting," katanya.
Sementara itu siapkan juga dana darurat lainnya. Sebab, dana darurat adalah simpanan uang yang disiapkan untuk menghadapi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit mendadak, atau kerusakan kendaraan. Ini berbeda dengan tabungan biasa yang biasanya ditujukan untuk tujuan keuangan yang telah direncanakan, seperti liburan atau membeli gadget.
Dana darurat adalah simpanan yang bisa digunakan untuk biaya mendesak. Oleh karena itu, simpan dana darurat di tempat yang aman dan gampang diakses. Berikut ini tempat yang bisa simpan dana darurat:
-Rekening Tabungan
Plus: Gampang dicairkan kapan aja.
Minus: Bunga kecil banget.
-Deposito Jangka Pendek
Plus: Bunga lebih tinggi dari tabungan biasa.
Minus: Harus nunggu tenor selesai buat dicairkan.
-Reksa Dana Pasar Uang
Plus: Imbal hasil lebih besar dari deposito.
Minus: Ada risiko kecil meskipun relatif aman.
Berita Terkait
-
Rupiah Kokoh Lawan Dolar AS pada Hari Ini, Tembus Level Rp 16.646
-
Apa Itu Uang Kartal? Kenali Contoh dan Bedanya dengan Uang Fiat
-
Tabungan Haji Bank Mega Syariah Capai Rp 324 Miliar, Apa Untungnya Bagi Nasabah?
-
Gen Z Lebih Pilih Tabungan Digital, Ini Alasannya
-
Penuhi Kebutuhan Nasabah Saat Libur Nataru, Bank Mandiri Siapkan Uang Tunai Sebesar Rp25 Triliun
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
Harga Emas Antam Melonjak Drastis dalam Sepekan
-
Hari Minggu Diwarnai Pelemahan Harga Emas di Pegadaian, Cek Selengkapnya
-
Orang Kaya Ingin Parkir Supercar di Ruang Tamu, Tapi Kelas Menengah Mati-matian Bayar Cicilan Rumah