Suara.com - Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, melontarkan wanti-wanti dan peringatan keras bahwa tindakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan segala kebijakan keras hingga yang berpotensi memecat Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, dapat memicu kerusakan signifikan terhadap kredibilitas dolar AS dan menimbulkan kekacauan yang mendalam dalam perekonomian negara adidaya tersebut.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya spekulasi mengenai masa depan Powell, yang dipicu oleh cuitan Trump yang menyatakan "pemberhentian Powell tidak bisa untuk tidak segera tiba (masanya)."
Eric Lombard, dalam wawancara yang diterbitkan oleh surat kabar La Tribune Dimanche, menekankan bahwa kredibilitas dolar AS sudah lama tergerus akibat kebijakan tarif agresif yang diterapkan oleh Trump. Bahkan, jauh sebelumnya, nilai dolar AS sudah terus melemah secara politik akibat ersaingan ekonomi dengan negara-negara lain.
"Donald Trump sudah lama merusak kredibilitas dolar dengan langkah-langkah agresifnya terkait tarif," tegas Lombard.
Jika Powell diberhentikan dari jabatannya, Lombard memperkirakan bahwa kredibilitas dolar AS akan semakin terkikis, yang akan berdampak langsung pada pasar obligasi AS.
Konsekuensi dari tindakan tersebut, menurut Lombard, dapat berupa peningkatan biaya utang bagi pemerintah AS, yang pada akhirnya akan memicu "kekacauan mendalam dalam perekonomian AS."
Selain itu, ia juga memperkirakan bahwa situasi ini dapat memaksa Washington untuk duduk di meja perundingan dengan mitra dagangnya, termasuk Uni Eropa (UE), untuk meredakan ketegangan ekonomi yang timbul.
Peringatan Lombard ini muncul setelah Trump, yang menunjukkan kekecewaan atas kehati-hatian Powell dalam menurunkan suku bunga, melontarkan pernyataan kontroversial di media sosial.
Pernyataan tersebut memicu spekulasi luas mengenai niat Trump, apakah ia benar-benar berencana untuk memecat Powell atau hanya menunggu hingga masa jabatannya berakhir pada Mei 2026. Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Kevin Hassett, bahkan mengonfirmasi bahwa Trump sedang mempertimbangkan kemungkinan pemecatan Powell.
Baca Juga: Balas Perang Tarif, China Tegas akan Kurangi Impor Film Hollywood
Hubungan antara Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Trump sendiri telah diwarnai perbedaan pandangan dalam berbagai isu penting, mulai dari konflik di Ukraina, kebijakan perdagangan, hingga tawaran perlindungan bagi ilmuwan AS yang kehilangan pendanaan riset akibat kebijakan federal. Namun, komentar Lombard kali ini tergolong sangat tajam dan langsung, menyoroti kekhawatiran serius mengenai potensi dampak kebijakan Trump terhadap stabilitas ekonomi global.
Selain isu pemecatan Powell, Lombard juga mengkritik kebijakan tarif impor 10% yang diterapkan oleh Trump terhadap produk-produk dari Uni Eropa. Ia menilai bahwa kebijakan ini tidak mencerminkan semangat kerja sama yang seharusnya mendasari hubungan perdagangan antara kedua pihak.
"Tujuan Eropa adalah membangun zona perdagangan bebas dengan AS," tegas Lombard.
Lebih lanjut, Lombard menyatakan bahwa tarif 10% tersebut merupakan "kenaikan besar yang tidak berkelanjutan bagi perekonomian AS dan menimbulkan risiko serius bagi perdagangan global." Ia menyerukan kepada para CEO Eropa untuk menunjukkan "patriotisme ekonomi" dan bekerja sama dengan pemerintah masing-masing agar kawasan tersebut tidak tertinggal dalam persaingan global.
Sebelumnya, miliarder Prancis Bernard Arnault, pemilik grup LVMH yang memiliki merek-merek mewah seperti Moët & Chandon, Veuve Clicquot, dan Hennessy, juga mengisyaratkan bahwa para pemimpin UE belum cukup tegas dalam menyelesaikan sengketa tarif dengan AS. Pernyataan-pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran yang meluas di kalangan pemimpin Eropa mengenai potensi dampak kebijakan ekonomi Trump terhadap stabilitas ekonomi global dan hubungan transatlantik.
Ketegangan politik dengan China juga semakin membuat tekanan terhadap Donald Trump menguat pasca kenaikan tarif hingga lebih dari 100%.
Berita Terkait
-
Hadapi "Badai" Tarif Trump, Kadin Ingatkan Kekuatan Optimisme dan Gotong Royong!
-
Gara-gara Trump, Kepercayaan Warga Australia pada AS Anjlok ke Titik Terendah
-
Imbangi Neraca Dagang Demi Negosiasi, RI Tingkatkan Impor LPG dari AS hingga 85 Persen
-
Joe Biden Kembali Bicara: Sindiran Tajam dan Peringatan untuk Pemerintahan Trump
-
Robotaxi Elon Musk: Impian Futuristik yang Tersandung Politik Donald Trump
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Harga Perak Mulai 'Dingin' Setelah Penguatan Berturut-turut
-
Perbaikan Jalan Tol Cipularang dan Padaleunyi Diperpanjang Sepekan, Cek Rutenya
-
YES 2025: Ajak Anak Muda Berani Memulai Usaha, Waktu Menjadi Modal Utama
-
YES 2025: Berbagi Tips Investasi Bagi Generasi Muda Termasuk Sandwich Generation
-
Youth Economic Summit 2025 : Pentingnya Manfaat Dana Darurat untuk Generasi Muda
-
Kapan Bansos BPNT Cair? Penyaluran Tahap Akhir Bulan November 2025, Ini Cara Ceknya
-
Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia
-
Apa Itu Opsen Pajak? Begini Perhitungannya
-
Suara Penumpang Menentukan: Ajang Perdana Penghargaan untuk Operator Bus Tanah Air
-
Youth Economic Summit 2025: Peluang Industri Manufaktur Bisa Jadi Penggerak Motor Ekonomi Indonesia